"Percayalah. Akan ada saat, dimana orangtua akan merasa cemburu kepada seseorang yang kelak, lebih bisa membahagiakan anaknya."
Tertanda, Loveisanja.
" PAPA! itu ciyapaa?". Lalu Arka menjawab dengan nada lembut yang bahkan jarang ia lakukan ke anak sulungnya, Genta. "Kakak kamu, kakak yang kamu tanyain terus."
"Kakak?!"
Dengan semangat, gadis itu langsung berlari memeluk kaki Genta. Semenjak pertemuan pertama, tepatnya setelah kejadian beberapa hari yang lalu. Ketika gadis kecil itu melihat seseorang akan menyakiti papa nya, gadis itu mulai bertanya-tanya, siapakah orang yang berani menyakiti cinta pertamanya. Setelah Arka berusaha menjelaskan apa yang terjadi dengan bahasa 'baik', gadis kecil itu mulai mengerti dan paham.
flashback
"Papaaaa! Ciyapa tadi yang belani malahin papa, huuuu. Bialin aja, nanti dimatan montel becccallll!"
"Araaa.. denger papa ya, naaak. Yang tadi itu kakak kamu, namanya kakak Mage. Gak boleh gitu yaa, dia anak baik kok. Kata papa..kan, kalo anak baik pasti temennya anak baik juga. Jadi, karena kakak Mage anak baik, dan Ara anak papa yang cantik ini juga anak baik. Kalian berdua harus berteman, supaya apa?"
"Cupaya Ala dicayang sama Tuhan!"
"Nah, pinter. Sekarang, Ara main sama Manda, ya?"
"Yaa papaa!"
flashback off.
Genta yang merasa disentuh pun menunduk untuk melihat, siapakah dia. Ternyata seorang gadis kecil. "Kakak?" Mata gadis kecil itu sungguh berbinar, siapapun yang melihatnya akan merasa gemas.
Mereka saling pandang. Dalam hati, Jiaya begitu merutuki kebodohannya. Mengapa ia baru tahu kalau Genta memiliki adik.
Jiaya bertanya, "Adek kamu, Ta?" Setelah itu, Genta sadar kalau ternyata, ia baru saja memandangi gadis kecil yang memeluk kakinya ini.
"Bukan," Genta menunduk lebih dalam dan segera menyingkirkan jari-jari mungil itu dari kakinya. Spontan, gadis kecil itu terkejut. Terpancar raut ketakutan di sana.. saking kasarnya Genta melepaskan jemari mungil miliknya.
"Ta, jangan gitu" tegur Jiaya.
Jiaya berjongkok menyamakan dirinya dengan si kecil. Dengan penuh kasih ia merentankan kedua tangannya ke arah Ara, "Yuk sama kakak, aja. Kita main, mau?"
"Em!, mau" jawab Ara semangat. Sementara Genta mulai bete dan menahan saat Jiaya akan menggendong Ara. "Gak usah! Ribet, kan lu mau nemenin gua" ucapnya menaikkan nada.
Jujur, Jiaya tidak tega melihat Ara memajukan bibirnya sambil menahan tangis. Gadis itu juga kesal, kenapa Genta kasar sama anak kecil. Walaupun bukan adiknya, seenggaknya pake hati dikit kek.
"Aku mau nemenin kamu. Tapi, sama adik kamu juga."
"Bukan adik gua, Jiaya."
Gadis itu menggendong Ara, Ara pun langsung peluk Jiaya seperti koala. Kayaknya ia enggan melihat Genta.
Mata tajamnya menatap mata Genta, "Mau dia adik kamu atau bukan. Jangan kayak gitu, Ta" jeda nya."Aku gak suka kamu kasar kayak gitu," tegas Jiaya.
...
ceklek
Pintu kamar tamu terbuka. Terlihat di sana ada seorang wanita yang tengah berbaring memakai selang infus ditelapak tangannya. Hati kira, wanita itu hanya menderita demam biasa. Namun, sepertinya tidak. Lihatlah bagaimana pucatnya bibir itu, dan kening yang berkerut entah karena apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXICLOVE (REVISI)
Literatura Feminina"Kamu pukul aku, kamu jepit aku, kamu jambak aku. Apa itu yang kamu bilang sayang? Tubuh aku, mental aku..kamu rusak." "Aku capek." Hubungan yang biasa kita sebut toxic relationship berakar pada permasalahan di masa lalu. Trauma yang membuatnya mela...