Ternyata

2K 167 13
                                    

Jiaya berlari memasuki gedung sekolahnya. Bisa-bisa disemprot Genta kalau telat. Walaupun sudah mau libur semester, kehadiran juga dinilai. Apalagi nilai Jiaya ada yang tidak tuntas. Rencananya hari ini ia akan meminta tugas tambahin kepada guru nya.

Di ujung koridor sana, ia melihat ada perawakan seseorang yang tak lain adalah Ijo. Dengan lari sedikit akhirnya Jiaya bisa berhadapan dengan cowok gondrong ini.

"Jo!"panggil Jiaya. Tetapi entah kenapa Ijo malah tetap jalan melengos tak menghiraukannya. "Jo! Sebentar dulu—" Jiaya memegang lengan nya.

Dengan nada yang tinggi dan hentakkan kasar saat menyingkirkan tangan Jiaya, "Apaan sih!? ".

"Genta gak masuk."

"Sakit?"tanya Jiaya panik. Ijo mendecak pelan, dalam hatinya "males dah gua."

"Gak usah sok peduli gitu, eneg gua" sewot Ijo. Jujur saja, Ijo tidak terlalu merestui sahabatnya berpacaran dengan gadis ini.

Selain karena gadis ini tak tau apa-apa mengenai Genta, di mata Ijo dia adalah gadis naif yang sok polos.

Gadis itu merasa sakit hati mendengarnya. Sudah biasa, pikirnya. Ia duduk di bangku sebelah kiri Ijo. Memandang lurus tanpa suara.

"Ngapain?"

Jiaya menunduk, "soal kata-kata lo kemarin, gue udah paham" ia menjeda kalimatnya. "Alasannya apa?"

"Kenapa dia berubah?"tanyanya lagi dengan lirih. Cowok disampingnya hanya terkekeh.

"Selama pacaran sama Genta ngapain aja lu?"tanya Ijo. Sementara Jiaya menyernyitkan dahinya bingung. "Apa Genta pernah bilang kalau dia lagi ada masalah ke elu?"

Jiaya tersentak. Kalau dipikir-pikir, iya juga ya..selama ini Genta tidak pernah membagi hal pribadi dengannya. Tidak sama sekali bercerita tentang latar belakangnya. Yang Jiaya tau hanya itu, fakta bahwa Genta tinggal dengan neneknya. Dan Jiaya tidak pernah tau siapa neneknya, bagaimana wajahnya. Ke rumah itu saja dia tidak pernah. Oh! Jiaya hanya pernah sesekali ke apartemen Genta.

"Belum pernah kan?"tebak Ijo. "Sesekali liat Genta pake hati. Gua tebak, dia belum pernah cerita tentang keluarga dan masa lalunya ke elu."

Jiaya mengiyakan. "Lu tau artinya apa?"tanya Ijo mulai serius. Jiaya menatap Ijo sama seriusnya, "itu artinya..

..dia belum percaya sama lu."

Deg

Apa yang udah gue lakuin? Kenapa rasanya sesak banget. Gue..gue emang egois, gue naif, gue..gue bahkan gak tau apa-apa tentang cowok gue sendiri.

Mendadak setetes airmata jatuh dipelupuk mata Jiaya. Cowok di sampingnya hanya terkekeh seperti meremehkan.

"Jia..jia... Lu harus paham sama kalimat gua ini. Sewaktu-waktu lu bakalan nyesel karena gak tau apa-apa tentang cowok lu!"

Ijo bersuara lagi, "lu harus tau sendiri. Jangan manja. Satu lagi!" Ijo menggangtung kalimatnya.

"Gua rasa sekarang dia lagi gak baik-baik aja. Nah..tugas pertama lu, bikin dia percaya kalau lu ada. Kasih perhatian ke dia lebih, jangan maunya diperhatiin dia terus. Bikin dia nyaman. Ubah sikap dia dikit-dikit, gua yakin lu mampu. Mandiri, Jia! Jangan mau-mau aja dibuat bergantung sama orang lain. Bye gua cabut!"

TOXICLOVE (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang