Akhirnya mereka telah sampai di Mada's Villa. Kebetulan ada lima villa miliknya, dan ada dua yang masih kosong. Mada tidak merasa keberatan, justru ia senang karena keponakannya datang. Setibanya di lobby, mereka langsung berdecak kagum karena interiornya sederhana namun terlihat elegant.
"Wah! Ini mah, ngerepotin gak sih Kar?"tanya Rosi. Karina menggeleng dengan yakin "Enggak. Bawel lo."
Mada datang lagi setelah berbicara dengan resepsionist nya. "Ayo, nak. Kita lihat villa kalian yah. Semoga suka."
"Ya ampunn om, pasti suka" celetuk Karina. Lalu kepalanya di usap oleh Mada penuh kasih. Sementara yang lain meng-iyakan saja.
Mereka berjalan melewati beberapa villa berbentuk satu rumah yang indah. Dan tibalah mereka di salah satu pintu kecil berwarna coklat mengkilap.
"Nah, ini dia villa kalian. Karina, wak mau ada urusan malam ini. Jadi gak bisa nemenin kamu dan teman-teman. Tidak apa-apa kan?"
"Gak apa-apa ih, malah Karina makasih banget. Sayang wak Mada pokoknya."
Karina memberi pelukan lalu menyaliminya. Setelah Mada berpamitan, Karina membuka pintu dan mereka kembali berdecak kagum. Ada halaman pribadinya, ketika memasuki pintu. Mata mereka terlihat berbinar ingin cepat-cepat beristirahat karena melihat ruangannya sangat nyaman.
"Wow, bagus banget. Berasa di rumah sendiri masa. Keren banget om Mada" ucap Rosi sambil duduk di sofa.
"Wah, dua lantai ya?"tanya Jiaya. Karina melihat tangga, "iya Ji. Oke! Jadi fix ya, cewe di atas. Dan cowo di bawah."
"Apaan ini atas bawah?"ambigu Haje. Ia langsung ditoyor oleh Eja, "masih kecil!".
"Sakit, bang..."
Karina menggeleng geli, yang lain terkekeh. Mereka pun mulai memasuki kamar masing-masing. Ada empat kamar di villa ini. Di atas, ada Jiaya, Rara, dan Lucy satu kamar. Rosi, dan Karina satu kamar. Alasannya kenapa Lucy minta pisah sama Rosi dan Karina adalah, karena kalau Lucy tidur bareng sama mereka bisa babak belur.
Hari sudah mulai gelap, mereka terlalu lelah hingga tertidur lebih awal. Ketika yang lain sudah memulai alam bawah sadarnya, dahaga mulai mengerayangi kerongkongan Jiaya.
Sebenarnya gadis itu takut untuk sekedar turun ke bawah. Tapi, mau bagaimana lagi. Dahaga tidak akan pergi sebelum air mengusirnya. Ia turun dari kasur, menguncir rambutnya, dan pergi keluar kamar untuk menuruni anak tangga. Langkah kaki jenjangnya begitu terbata-bata menuruninya, melihat kanan kiri bahkan belakang untuk memastikan tidak ada makhluk lain yang mengikutinya. Anak tangga terakhir sudah ia lewati dan berbelok sedikit untuk menggapai saklar. 'Ceklek' bunyi saklar lampu, lampu menyala dengan terang. Gadis itu berjalan ke dapur dan menengguk dua gelas air. Betapa terkejutnya ia saat melihat ada seseorang yang tidur di sofa dengan keadaan tv menyala menemaninya.
"Hng?"pekiknya saat melihat siapa yang tidur terlentang dengan hoodie putih, celana pendek hitam, tangan bersilang dada, juga satu kaki yang tertekuk ke atas.
Jiaya tersenyum kecil. Meskipun kamu tidur gini, tetep aja serem ya Ta..kenapa tidur di sini sih? Gak di ajak atau gak nyaman tidur sekamar sama Jevan? Kasiann. Pikirnya.
"Mana serem banget kalo malem," keluh Jiaya pelan saat melihat sekelilingnya.
Kolam renang yang airnya terus bersuara, pohon-pohon kering yang menurutnya seram, dan tidur di tempat terbuka seperti ini tidaklah nyaman bukan?. Jiaya menunduk dengan tangan yang menjulur pelan untuk meraih remote tv. Bisa boros listrik, apalagi berisik.
Klik
Tv sudah dimatikan. Saatnya gadis itu kembali ke atas tanpa mau membangunkan Genta. Niatnya terhenti karena ada suara berat nan serak mengintrupsinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXICLOVE (REVISI)
Chick-Lit"Kamu pukul aku, kamu jepit aku, kamu jambak aku. Apa itu yang kamu bilang sayang? Tubuh aku, mental aku..kamu rusak." "Aku capek." Hubungan yang biasa kita sebut toxic relationship berakar pada permasalahan di masa lalu. Trauma yang membuatnya mela...