Keputusan 2

1.6K 153 3
                                    

"Genta?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Genta?"

Tanpa basa-basi, genta langsung narik tangan Jiaya pelan. Reflek cewek itu bertanya, "genta! Mau ngapain?". Genta menatapnya dingin, sambil berdecak kecil.

"Maunya ngapain?"

Jiaya tertegun karena perkataan Genta agak 'ambigu'. "Serius, ta.." tegasnya. Genta melepaskan tangan Jiaya, lalu memberikan sebuah payung yang ia pakai untuk Jiaya dengan kasar.

"Nih. Mau ikut atau enggak? Kalau enggak, gua pergi," tawar Genta agak lembut dari biasanya. Jiaya berfikir sebentar, tapi yang namanya Genta memang tidak sabaran.

"Cepet!"gertak Genta. Jiaya mendekat lalu memasang wajah sendu di hadapan wajah Genta yang sedang menatapnya, "ah lama!".

Genta pergi membuka pintu mobil bagian kanan, lalu Jiaya kira ia akan ditinggal. Tapi ternyata, tidak. Genta membukakan pintu bagian kiri dari dalam. Jiaya terkekeh dalam diam.

"Aku masuk ya," izin cewek itu. Genta menjawab dengan ketus, "udah cepetan!". Jiaya pun menyahut lagi, "ya sabar Gentaaa. Ini basah gak apa-apa?".

"..."

"Iya..iya," kekeh Jiaya dalam hati. Genta sangat risih kalau Jiaya sudah mulai cerewet pikirnya. Lihat dari wajahnya yang sedingin es itu.

Cewek itu sibuk memeras roknya agar cepat kering. Sementara Genta sedang mencari sesuatu di belakang sana. Setelah ditemukan, Genta segera melebarkannya dan menyelimuti tubuh basah Jiaya dengan sebuah selimut tebal berwarna coklat muda.

"Oh..makasih."

"Kenapa?"

"Hah?"

"Kenapa gak berangkat sekolah?"

"Oh, itu—"

Jdeerrr

"Aaa!"

Tubuh Jiaya gemetar lagi, matanya tertutup rapat menghindari cahaya kilat, kakinya menekuk dengan wajah yang disembunyikan di antaranya. Suara kilat tidak begitu terdengar saat seseorang mendekapnya erat. Siapa lagi kalau bukan Genta. Bagi Jiaya, dia tidak merasa berdebar untuk perlakuan Genta saat ini. Ia sangat ketakutan sampai tidak ada tempat untuk terbawa suasana dengan Genta. Dengan tidak sabaran, Jiaya makin mengeratkan dekapan Genta, bahkan gadis itu sudah melompat ke kursi Genta untuk bersembunyi di sana. Genta sangat tau kelemahan gadisnya, apa yang ia suka, dan tidak suka.

Mulai muncul ketenangan di hati Genta, ketika gadis itu melompat ke pangkuannya. Lalu dengan gemetar gadis itu menyembunyikan wajah di dadanya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TOXICLOVE (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang