Detak Jantung Tidak Karuan Di Pertemuan Pertama Mereka
.
.
.
Rainer seorang pria berusia tiga puluh tahun. Di usianya yang sudah matang tentunya sudah seharusnya membina rumah tangga. Namun, tidak sedikit pun terlintas dalam kepalanya membuat sang Mama yang turun tangan. Mengatur dirinya untuk melakukan kencan buta dengan beberapa wanita.
Tentunya Rainer jengah akan tingkah Mama. Pada akhirnya ia kabur dari rumah. Memang sangat kekanakan, tapi hanya ini yang mampu membuat ia terlepas dari obsesi Mama yang ingin menikahkannya dengan para wanita pilihan Mama.
Berkat bantuan kakaknya, Hadyan. Ia kabur dari negara tempatnya tinggal bersama Mama. Kabur ke kota yang begitu terkenal akan kemacetan. Ibukota Indonesia.
Di sana ia tinggal di salah satu apartemen. Bekerja di salah satu perusahaan properti sebagai karyawan di devisi perancangan karena ia lulusan arsitektur.
Tidak tau apakah ini adalah takdir atau secara kebetulan karena adik pemilik perusahaan tersebut adalah teman kuliahnya di Australia beberapa tahun yang lalu.
Rainer pun tidak merasa sendiri di negara ini lagi. Lagian negara ini tempatnya berasal. Karena setelah kepergian Papa, ia dan Mama pindah ke negara kangguru tersebut. Sementara kakaknya memilih menetap, tapi sekarang tinggal di daerah Malang. Tidak ingin menumpang hidup dengan Hadyan, makanya ia memilih tinggal di Jakarta.
Dipa, nama temannya tersebut memiliki keluarga yang begitu hangat. Dipa tidak seperti dirinya yang masih memiliki Mama, pria itu tidak lagi memiliki kedua orang tua dan menjadikan kakaknya sebagai orang tuanya. Bahkan Dipa tinggal di rumah kakaknya.
Hampir tiga bulan menetap di Jakarta, baru kali ini Rainer berkunjung ke rumah kakak Dipa. Ia diundang makan siang. Daripada makan di luar atau makan makanan instan. Ia merindukan masakan rumah. Ada rasa penyesalan kabur dari rumah, tidak bisa lagi merasakan masakan Mama.
Masuk ke perumahan elit, salah satu perumahan properti perusahaan tempatnya bekerja.
Rumah yang tidak memiliki pagar sehingga ia langsung ke teras saja. Menekan bel beberapa kali. Bukannya mendapat sahutan yang menyuruhnya menunggu, ia malah mendengar suara jeritan dan tidak lama suara tangisan anak perempuan membuatnya menerka pasti itu adalah anak bungsu bosnya. Keponakan Dipa yang selalu diceritakan karena selalu ingin dan mengganggu Dipa jika pergi berkencan.
Lama berdiri, Rainer pun menghubungi Dipa mengatakan jika tidak ada yang membuka pintu untuknya.
Tidak lama pintu terbuka memperlihatkan Dipa yang sepertinya baru bangun. Dilihat dari penampilannya yang hanya mengenakan celana bokser serta baju tanpa lengan.
"Masuk Rai!" ajak Dipa seraya melebarkan daun pintu.
Rainer pun masuk, mengekori Dipa.
"Kenapa lagi tuh anak?" tanya Dipa pada kakak iparnya yang menenangkan putri bungsunya.
"Dipa! Abang Aidan habisin es krim aku. Terus gak mau ganti!" Bukan kakak iparnya yang menjawab, melainkan keponakannya.
Karena enggan dipanggil 'Om' maka keponakannya tersebut hanya menyebut namanya tanpa embel-embel.
"El, Ayahmu punya banyak duit! Jangan kayak anak miskin kamu yang nangis cuma gara-gara gak bisa beli es krim."
Maria tertawa mendengar perkataan Dipa, ia lalu melihat kehadiran teman adik iparnya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
REDAMANCY
General Fiction[series4] #PROJECT 3 __________ ⚠️21+ REDAMANCY : "Mencintai Seseorang Yang Juga Mencintai Kita". __________ Copyright ©2021, NanasManis start [25/4/21] end [11/6/21]