36

7.5K 615 9
                                    

Mimpi Sialan! Malunya Sampai Ubun-Ubun
.

.

.

"Ih Papi mengompol!"

Seruan tersebut membangunkan Rainer. Secepatnya beringsut duduk lalu menunduk melihat celananya basah. Terasa begitu lengket.

Ia menatap Belva yang matanya langsung ditutup Belle.

"Kamu jorok banget!" desis Belle melotot padanya.

Rainer meringis malu.

Astaga!

Bisa-bisanya ia mimpi basah.

Secepat kilat ia masuk ke kamar mandi. Melepas celananya yang sudah basah akibat mimpi laknat tersebut.

Rainer merutuki dirinya. Sungguh malu pada Belle. Bahkan pada Belva.

Merasa bersalah pada Belva karena gadis kecilnya itu melihatnya. Untung saja Belva masih kecil, mengira ia mengompol, tapi tetap saja ia malu.

Usai mandi. Rainer tidak berani keluar. Seumur hidupnya, baru kali ini ia merasa sangat malu. Enggan memperlihatkan wajahnya pada Belle.

Pasti wanita itu berpikir yang tidak-tidak dan mencap dirinya mesum.

Ya memang sih.

Karena ia mimpi berhubungan badan dengan Belle. Mimpi sama saja dengan keinginan. Dan semalam, sebelum tidur ia membayangkan hal itu, menginginkannya hingga terbawa mimpi.

Dengan gaya cool, dia keluar. Mengubur rasa malunya sedalam mungkin. Menganggap kejadian beberapa saat yang lalu tidak terjadi.

"Mm... kamu bisa kan jagain Bel lagi? Aku masih ada urusan di resto."

Belle menatapnya heran. Lalu mengangguk.

"Kita sarapan bareng?" tanya Belle membuyarkan Rainer yang mengamati Belle yang kembali memakai pakaian kemarin.

"Mm... kalian aja. Aku harus cepet-cepet ke resto."

Lalu Rainer beralih pada Belva. Mengecup kening Belva.

"Ih Papi jorok! Mengompol!" ejek Belva membuat gaya cool Rainer luntur. Apalagi saat mendengar dengusan geli Belle. Wanita itu pasti menahan diri untuk tidak tertawa.

"Ck! Kamu juga pernah ngompol!" Setelah itu Rainer pergi, tidak lupa pamit juga pada Belle.

Tertinggal Belle dan Belva.
Belle mengajak Belva untuk sarapan berdua saja. Lalu mengajak Belva ke  kosnya untuk mengganti pakaian.

Keluar dari kamar mandi, ia melihat Belva yang memungunginya. Lalu gadis kecilnya itu memutar tubuh menghadap ke arahnya.

"Kalung kita mirip Miss."

Belva memegang bingkai kecil. Fotonya yang mengenakan baju berkerah rendah sehingga memperlihatkan kalungnya dengan jelas. Kalung yang tentunya sekarang ada di leher Belva.

"Ah iya," ujar Belle kikuk.

Belva kembali menaruh bingkai foto tersebut lalu mengamati kamar kosnya.

"Miss tinggal di sini?"

"Iya."

"Sendiri?!"

Belle mengangguk pelan menjawab pertanyaan Belva yang tidak percaya.

"Miss Meera gak takut?"

Belle tertawa, ia mencubit pelan pipi Belva. "Enggak Sayang. Kan Miss sudah besar."

REDAMANCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang