12

8.1K 557 10
                                    

Disambut Tidak Seperti Biasanya

.

.

.

Sedari kemarin, ponsel Belle tidak bisa dihubungi. Tidak aktif sama sekali membuat Rainer khawatir pada Belle. Apalagi percakapan terakhir mereka dua hari yang lalu.

Apa mungkin hapenya disita lagi? tanyanya dalam hati. Menyangka hal tersebut, apalagi sebentar lagi Belle ujian semester. Pasti seperti biasa Jeremy akan mendisiplinkan Belle.

Namun, jika seperti itu, pasti Belle akan memberitahunya, bukan?

Telepon di hadapannya berdering membuatnya terbuyar. Segera ia menjawab telepon dari sekretarisnya tersebut.

"Ya, halo?"

"Pak Jeremy ingin disambungkan, Pak?"

"Oh oke."

Tidak berselang lama, Rainer berbicara dengan Jeremy.

Mengkerutkan keningnya saat Jeremy menyuruhnya pulang ke Jakarta sore nanti. Bertanya apa alasan Jeremy menyuruhnya tiba-tiba ke Jakarta.

Alasan yang dilontarkan Jeremy tidak jelas.

Meski seperti itu, ia tidak bertanya banyak dan tetap mengiyakan.

Entah kenapa dada Rainer berdebar cepat.

Soal Jeremy meneleponnya, tidak ada sangkut pautnya dengan Belle, bukan?

Menenangkan debarannya, ia menyuruh sekretarisnya membuat teh hijau agar ia segera tenang dan juga booking tiket pulang ke Jakarta.

Sepulang dari kantor, Rainer langsung mandi.

Melakukan packing bagi Rainer tidak lah lama. Membawa barang seperlunya saja.

Membuka laci di sebelah nakas.

Tersenyum, meraih kotak beludru berwarna biru tersebut.

Membukanya memperlihatkan sebuah cincin. Royal Wave. Cincin tersebut 3D dari bentuk tiara seorang putri.

Terbuat dari Rose Gold 18K, Royal Wave memiliki berlian utama dengan kadar 0,103 karat dan berlian di pinggirannya 0,076 karat. Secara berat total hanya 1,8 gram, cukup ringan untuk cincin yang memiliki beberapa berlian.

Membayangkan bagaimana senangnya Belle jika mendapat cincin tersebut membuat senyumnya melebar.

Segera ia menutup kembali kotak cincin tersebut lalu memasukkan ke saku jaket kulit yang ia pakai. Tidak lupa menarik resleting saku tersebut agar kotaknya tidak jatuh.

Menyambar tas ranselnya, ia segera keluar menuju bandara.

Tidak sabar untuk tiba di Jakarta. Menemui Belle yang telah sebulan lebih tidak ditemuinya dari terakhir kali mereka bertemu saat kekasihnya itu memberinya kejutan ulang tahun dan hari jadian mereka.

》》《《

Sesampainya di rumah Jeremy. Bukan sambutan hangat yang seperti biasa ia dapatkan.

Langsung saja ia diberi bogeman pada pria yang sudah ia anggap kakak tersebut. Ah bahkan menganggapnya ayah karena Jeremy ayah dari kekasihnya.

Baru hendak bertanya kenapa Jeremy menghajar pipinya, ia mendapat tendangan lagi di tulang keringnya hingga ia jatuh terduduk di lantai.

Rainer tidak tahan dengan sikap Jeremy yang kesetanan menghajarnya membuatnya berteriak.

"Mas Jeremy kenapa?!" Memang jika tidak berada di kantor, maka Rainer memanggil Jeremy dengan sebutan 'Mas'.

REDAMANCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang