07

13.5K 756 10
                                    

Semakin Sayang, Semakin Cinta dan Semakin Intim

.

.

.

Sudah dianggap keluarga oleh Jeremy membuat Rainer tentu leluasa masuk begitu saja di rumah megah tersebut tanpa ada rasa sungkan, apalagi kedatangannya ini baru saja setelah berbulan-bulan berada di Bali.

Saat memasuki ruang tengah, ia terkejut saat lengannya ditarik. Diseret hingga ke sudut ruangan tersebut. Berada di bawah tangga, seperti tempat persembunyian.

Tersenyum saat menyadari pelakunya siapa.

"Kangen!"

Rengek Belle manja. Suaranya begitu pelan. Membuat Rainer tersenyum geli lalu mencium bibir gadis itu.

Belle bukan lagi gadis karena ia telah mengambil kegadisannya dua bulan yang lalu.

Menyesap, menghisap dan menggigit ringan bibir Belle membuat kekasihnya itu mengerang pelan dan semakin meremas rambutnya.

Seringnya mereka berciuman membuat Belle semakin mahir mengimbangi ciuman menggebu-gebunya akibat sangat merindukan kekasihnya itu.

Menyudahi ciuman mereka saat butuh pasokan oksigen.

Rainer mengambil nafas seraya mengusap bibirnya yang basah lalu  mengusap bibir Belle.

Lagi, kepalanya ditarik menunduk, kekasihnya itu kembali menciumnya.

"Slow Honey!" desis Rainer pelan. Sungguh, Belle seakan ingin meraup habis bibirnya. Benar-benar jiwa muda Belle bergejolak yang memancing Rainer.

Belle merengek. Merengut kesal karena Rainer menahan kepalanya. Berhenti mencium kekasihnya itu.

"I really really really miss youuuu!" Rengek Belle lalu memeluk erat Rainer. Menghirup rakus aroma parfum Rainer yang begitu menenangkan.

"Me too, Honey."

Lalu keduanya mengurai pelukan saat mendengar derap langkah kaki. Segera Belle melipir kabur. Tidak ingin ketahuan. Sementara itu Rainer dengan gestur santai merapikan rambutnya yang acak-acakan karena Belle. Berjalan ke arah pintu samping.

"Hei Rai!"

Rainer menoleh dan tersenyum menatap Maria.

"Halo Mbak!"

"Baru dateng?"

"Iya Mbak." Rainer meringis pelan karena berdusta pada Maria.

Lalu keduanya mengalihkan pandangan pada Belle yang baru keluar dari arah dapur.

"Belle, Rai dateng." Maria memberitahu, karena yang ia tau Belle dan Rainer layaknya seorang teman. Keduanya begitu akrab dan dekat setelah Rainer beberapa kali mengajar Belle beramin piano.

"Oh hai Om Rainer!" sapa Belle santai. Seperti sebelum mereka jadian.

Rainer mendengus geli. Merasa lucu karena mereka saling menyapa, padahal mereka telah bertemu bahkan sudah berciuman.

Ya walau memang belum saling menyapa. Maka Rainer menyapa balik kekasihnya itu.

"Dipa ada di lantai atas. Lagi galau dia," ujar Maria mengalihkan Rainer lalu tertawa. Kemudian pamit naik ke atas beralasan ingin menghibur temannya itu padahal ingin mengejeknya karena baru saja putus cinta.

"El, mau ke mana?" tegur Maria saat melihat Belle hendak mengekor pada Rainer.

"Engh... mau ikut Om Rainer. Mau ledekin Dipa." Belle tertawa lalu berlari naik ke lantai atas, sementara itu Maria geleng-geleng kepala.

REDAMANCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang