43

8.4K 552 24
                                    

Belum Memulai Kembali, Malah Sudah Berakhir [1]
.

.

.

Rainer mondar mandir sembari mengerutkan wajah gelisah yang membuat Rali jengah melihat tingkah omnya yang mirip remaja kasmaran. Sedang cemas karena dicueki gebetan.

Apa yang di pikiran Rali, memang benar adanya. Rainer sedang gelisah dan cemas karena Belle bersikap dingin padanya. Menghindar darinya.

Jika mengajar Belva, pasti Belle sudah pulang sebelum ia tiba di rumah. Bahkan saat ia tidak di restoran, memilih tinggal di rumah, pasti wanita itu menghindar.

Jika ia ke kos Belle, maka wanita itu sengaja meminta pada pemilik kos untuk mengusirnya.

Sungguh, Rainer tidak mengerti dengan sikap Belle yang berubah. Padahal mereka sudah dekat. Sangat dekat. Saling berciuman bahkan melewati batas itu.

Seketika Rainer berhenti. Kepalanya tiba-tiba dipenuhi adegan panas antara dirinya dan Belle di toilet umum waterboom sepekan yang lalu.

"Mau berbagi? Siapa tau aku bisa bantu Om," tanya Rali membuat Rainer menatap keponakannya itu.

Segera ia bergabung duduk di sebelah Rali. "Om... bingung sama sikapnya Belle. Tanpa Om jelasin kamu tau kan Ral gimana dia yang gak mau deket-deket dengan Om dan selalu menghindar."

Rali mengangguk mengerti. Rainer menunggu respon keponakannya tersebut yang terlihar berpikir. "Jangan-jangan dia hamil? Waktu itu Om keluar di dalem?"

Mendenguskan nafas kesal, Rainer menjitak pelan kepala Rali yang tertawa.

"Om lagi serius, Ral!"

Rali berhenti tergelak lalu menatapnya serius. "Aku juga Om!"

"Gak mungkin Belle hamil," gumam Rainer. Kalau Belle hamil, sudah pasti wanita itu tidak seperti ini. Mungkin saja memintanya untuk bertanggung jawab.

Apa Belle marah karena hal itu?

Menggeleng pelan, Rainer ingat.

Sangat ingat jika Belle juga menikmatinya. Pasrah-pasrah saja bahkan membalas serangannya.

Lalu apa yang membuat Belle marah? Bersikap dingin padanya?

Mengacak rambutnya frustasi, Rainer bersandar lemah di punggung sofa.

Rali pun memijat pelan lengan Rainer agak mendekat ke omnya tersebut.

"Mending Om Rai ajak Belle dinner. Ah romantic dinner, terus lamar dia."

Rainer mendengus pelan mendengar saran Rali. Kalau saja Belle tidak bersikap dingin, pasti ia setuju dengan saran Rali.

"Suasana hatinya Belle lagi gak baik. Apa kalau Om ditolak?"

"Jangan pesimis! Kali aja Belle malu. Soalnya kan kalian abis 'ehem'. Belle kan umurnya masih dua puluh empat. Aku tebak dia baru pertama kali, kan?" Suara Rali memelan di bagian akhir. Memicing menatap Rainer yang langsung membuang muka.

Agak setuju dengan pendapat Rali.

Kali aja Belle malu setelah mereka melakukan hal itu.

Rainer tersentak saat Rali memukul lengannya. Hendak protes, tapi Rali lebih dulu protes.

"Astaga Om! Masa merawanin anak orang di waterboom?! Jangan bilang dalam toilet?!"

Rainer hanya mampu mendengus kesal melihat Rali yang sangat dramatis.

REDAMANCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang