37

7.3K 595 5
                                    

Bertekad Untuk Kembali
.

.

.

"Jadi, kamu gak mau Belva tau kalau kamu Maminya dia. Kenapa kamu bodoh El. Apa benar kamu seorang ibu?"

Belle tertohok. Kalimat yang diluapkan Jeni padanya membekas dalam kepalanya.

Setelah memberitahu semua yang terjadi padanya dan rencana yang enggan terlalu dekat dengan Belva agar tidak banyak berharap untuk masuk ke dalam hidup Belva. Karena jika itu sampai terjadi, maka ia juga akan masuk ke dalam hidup Rainer.
Belle tidak ingin itu terjadi. Tapi, sudut hatinya yang paling dalam menginginkan hal itu. Berada di dekat Belva selalu dan ingin Belva tau jika dirinya adalah ibu gadis kecil itu.

Dan setelah mendengar perkataan Jeni yang mengatakan jika ia tidak perlu menghindar membuat keinginannya tersebut semakin menggebu.

Belle ingin bersama Belva.

Mengetahui setiap hari kegiatan gadis kecilnya itu.

Menemani Belva ke manapun gadis kecilnya itu pergi.

Menemani Belva tidur. Menyanyikan lullaby serta membaca dongeng.

Belle menginginkan hal itu....

Sangat....

Ponselnya berdering menampilkan nama Rainer.

Segera ia menjawabnya.

"Halo..."

"Belle, aku ada di luar. Kamu siap-siap. Bawa pakaian secukupnya."

"Wait! Kamu ngo..."

"Please, Belle!"

Mendengar suara Rainer yang lemah membuat Belle tidak lagi protes. Segera ia memasukkan pakaian secukupnya ke dalam tas jinjing serta barang-barang lainnya. Lalu meraih kardigan. Mengenakan baju kaos serta celana kaos.

Rainer di bawah, langsung mengambil tasnya. Menyimpan di bagasi.

"Kita mau ke mana?" tanyanya saat Rainer membuka pintu untuknya. Ia melihat Belva terlelap di kursi belakang.

"Ke Malang."

"Buat apa?"

"Istri kakakku meninggal."

Belle pun menurut. Ia masuk. Lalu mendekap Belva yang tidur dengan posisi duduk. Menatap Rainer yang duduk di kursi penumpang depan, yang di supuri entah siapa Belle tidak tau.

Kenapa Rainer mengajaknya ke Malang?

Namun, ia tidak menyuarakan isi kepalanya tersebut. Tetap membelai dan bergumam. Menyanyikan lullaby untuk Belva yang semakin terlelap.

》》《《

Bening meninggal karena penyakit yang dideritanya. Sama sekali tidak ada yang tau. Wanita itu menutupnya sangat rapat.

Masih segar dalam ingatan Rainer saat Bening ke rumahnya. Kakak iparnya itu terlihat baik-baik saja.

Mendengar berita kepergiannya membuatnya tidak percaya sama sekali.

Dibalik kacamata hitamnya, ia menatap sendu kakaknya yang merasa terpukul. Lalu kedua keponakannya. Darren dan Chesa yang terisak.

Tatapannya tidak sengaja menatap Sania yang juga menitihkan air mata. Tentu Sania juga merasa kehilangan akan sosok Bening.

REDAMANCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang