17

7.5K 656 11
                                    

Kembali Pulang. Bukan Hanya Dirinya, Ia Tidak Sendirian

.

.

.

Keputusan Rainer telah bulat. Ia tidak ingin merepotkan Hadyan dan Bening lagi. Tidak ingin terlalu lama tinggal di Malang.

Setelah bayinya yang diberi nama Belva, berusia tiga bulan, ia memilih untuk kembali ke Australia. Tempat tinggalnya sejak ia menempuh pendidikan sekolah menengah atas.

Segera ia mengetuk pintu di hadapannya. Lalu menunduk menatap Belva yang mengajaknya bicara. Bergumam tidak jelas. Tersenyum saat ia membalasnya. "Iya sekarang kita ada di rumah Oma. Kamu berdoa ya supaya Oma gak marahin Papi karena hampir tiga tahun ini Papi kabur dari rumah." Rainer seketika meringis. Membayangkan bagaimana nantinya respon Mama.

Ia kabur dari rumah karena tidak ingin menikah, lalu kembali pulang malah membawa seorang bayi. Anaknya.

"Who's there?!" Suara dari dalam rumah tersebut membuat Rainer menegang. Menyiapkan diri menerima amukam Mama.

Ia memperat pelukannya pada Belva yang berada dalam gendongannya.

Pintu rumah tersebut terbuka memperlihatkan Mama yang tentu terkejut melihat kehadirannya.

"Oh I thought you didn't remember going home, Rai?! Why come home? Miss Mama?"

Rainer semakin meringis. Ia hanya mampu tersenyum lemah.

Mama pun baru menyadari Rainer tidak sendirian pulang. Ada sosok bayi dalam gendongan putra bungsunya itu. Lalu ia kembali menatap Rainer. "Whose baby is it, Rai? Why is it with you?" Rasa kesalnya menguap entah ke mana, digantikan dengan rasa penasaran.

"My baby, Mam. Rabelva Rayyan," jawab Rainer. Ia lalu mengarahkan wajah Belva ke arah Mama lalu meraih salah satu tangan Belva, menggerakkannya seraya menyapa Mama, "Hello Oma. I'm Belva."

Mama masih terdiam. Tentu terkejut. Sangat terkejut.

Kalau saja bayi yang diakui Rainer sebagai bayinya tidak mirip dengan Rainer, pasti ia tidak percaya.

"Did you get married and not tell me?"

"I just arrived, Mam. Still jetlagged. Mama gak mau gendong cucu Mama?" Rainer melengos. Menyodorkan Belva pada Mama yang segera diraih Mama.

Rainer bersyukur Mama menerima kehadiran Belva.

Keduanya masuk. Dua ART membawa koper serta tas jinjing dan tas bayi Belva.

"My goodness, how cute you are! You look so much like Rai when he was little. Badannya gempal," ujar Mama mengamati Belva. Mengajak cucunya itu bicara yang dibalas senyum yang memperlihatkan gusinya.

Rainer tersenyum lemah menatap interaksi Mama pada Belva.

Lalu Mama kembali menatapnya. "Kamu udah nikah?"

Dengan pelan Rainer menggeleng. Lalu menghembusnkan nafas pelan. "There's no way I'm getting married without telling Mama."

"So?" Mama tidak bisa menyembunyikan raut terkejutnya.

Rainer pun mulai menceritakan segalanya. Mulai dari bagaiamana ia memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja di perusahaan teman sesama kuliahnya.

Keluarga temannya yang baik menerima dirinya. Menganggapnya keluarga.

REDAMANCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang