40

9.1K 594 7
                                    

Modus Yang Tercium Jelas.

.

.

.

Seperti yang direncanakan Rainer tentang Belle yang akan menjadi guru piano Belva. Pria itu membeli sebuah piano. Tentunya Belle akan menjadi guru privat. Benar-benar fokus mengajar Belva. Dan tentu wanita itu akan ke rumahnya untuk mengajar Belva.

Hal ini memicu Rali untuk menggodanya terus menerus yang membuatnya dongkol setengah mati. Menyangkal godaan-godaan Rali tentang dirinya yang ingin modus pada guru piano Belva. Makanya ia membeli piano.

Tidak lagi memasukkan Belva ke kelas piano. Malah menjadikan guru piano Belva tersebut guru privat.

Ya godaan Rali sepenuhnya benar.

Rainer memang melakukan hal itu untuk Belva dan....

.....untuk dirinya juga.

Namun, ia enggan membenarkan godaan Rali. Malah rasanya ingin mengusir keponakannya tersebut. Tapi, Hadyan mematut dirinya agar membiarkan Rali tinggal bersamanya. Melarangnya untuk membiarkan Rali tinggal sendirian lagi.

Menghembuskan nafas berat. Ia merasa berdebar, padahal ia bukanlah murid piano Belle. Melainkan Belva yang duduk tenang memakan puding stroberi dengan lahap.

Sengaja hari ini tidak ke restoran dengan alasan sedang tidak enak badan.

Padahal menunggu kedatangan Belle yang hari ini akan memulai les piano untuk Belva.

"Yang pengen ketemu gebetan wangi bener!" seruan tersebut membuat Rainer melotot pada Rali yang tertawa.

Keponakannya tersebut duduk di sebelah Belva lalu ikut menikmati puding.

"Kok kamu pulang?" tanya Rainer heran pada Rali. Karena Rali tadi keluar ingin belajar berbisnis bersama Arka.

"Arka nyebelin! Sumpah! Dia itu ngeselin banget. Harusnya Om Rai aja yang ajarin aku berbisnis. Jangan dia," sungut Rali kesal.

Wanita itu memang memutuskan untuk berbisnis. Daripada ia menjadi pengangguran.

Apalagi, Rainer bersedia memberikannya salah satu restoran omnya tersebut padanya.

"Em... Pak. Guru pianonya Belva sudah datang." Laporan dari salah satu ART membuat Rainer langsung berdiri tegak, tapi kembali duduk saat menyadari jika ia sangat kentara menunggu kedatangan Belle. Pun Rali yang kini tertawa.

"Harusnya Belva yang excited. Kok Papinya yang excited?" sindir Rali membuat Rainer mendengus pelan lalu menyuruh ART tersebut memanggil Belle masuk.

"Miss Meera sudah datang?" tanya Belva dengan mata berbinar yang diangguki Rainer.

"Kamu minum dulu. Setelah itu ketemu Miss Meera," suruh Rainer yang langsung dilaksanakan Belva.

Lalu mereka ke ruang tengah. Di sana sudah ada Belle yang menunggu.

Belva langsung menyapa Belle dengan riang.

Ini adalah pertemuan mereka setelah dua minggu lamanya. Karena Belle harus ke Semarang dulu. Mengurus keperluannya.

Kening Belle mengernyit penasaran melihat sosok wanita yang ikut bergabung dengannya di ruang tengah tersebut.

"Halo, saya Rali!" sapa wanita tersebut sembari menjulurkan tangannya.

Segera Belle meraihnya. Hendak mengenalkan dirinya tapi Rali segera menyela.

REDAMANCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang