16

7.8K 697 22
                                    

This Is How It Ends. Whatever It Is, Just Accept It

.

.

.

Setiap paginya tidur nyenyak Rainer selalu diganggu. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Chesa. Hanya keponakannya itu yang suka membuatnya menderita. Menggangunya setiap saat sejak ia tinggal di rumah ini.

Ingin mengabaikan, tapi ketukannya tidak berhenti dan Chesa mulai berteriak. Menyuruhnya agar segera membuka pintu.

"Om Rai!! Open the door!! Urgent! Urgent!!" Chesa berteriak seperti orang yang terkena kebakaran. Tidak seperti biasanya yang membuat Rainer akhirnya bangkit dari tempat tidur. Segera membuka pintu hendak mengomeli Chesa, tapi gadis itu mendahuluinya bicara.

"Di depan ada temen Om Rai, namanya Dipa! Mau banget ketemu sama Om! Katanya urgent!" Tepat setelah Chesa berhenti bicara. Rainer segera ke ruang tamu.

Di sana memang benar Dipa berada duduk di hadapan Hadyan dan Bening.

"Belle kenapa, Dip?!" tanya Rainer tergesa-gesa bahkan enggan untuk duduk. Ketiganya menatap Rainer.

"El..." Dipa tidak melanjutkan perkataannya. Ia menghela nafas panjang sejenak. "Anak lo udah lahir. Cewek. Dia sehat. Gue ke sini mau sampaikan itu. Kalau lo mau ikut gue sore nanti balik ke Jakarta, mending lo siap-siap."

Rainer merasa lega dan dadanya berdebar tidak karuan saat mendengar kelahiran anaknya dan jenis kelaminnya. Tapi, ia merasa ada yang aneh. Dipa seakan menyembunyikan sesuatu. Enggan menjawab pertanyaannya tentang Belle.

"Belle baik-baik aja, kan?"

Dipa melengos, ia malah pamit pada Hadyan dan Bening. Segera berdiri. Lalu kembali menatap Rainer. "Kita ketemu di bandara aja."

Rainer segera mencengkeram kerah baju Dipa, melotot tajam pada Dipa yang secara terang-terangan mengabaikan pertanyannya.

"Lo kenapa gak jawab pertanyaan gue? Belle kenapa? Dia baik-baik aja, kan?!"

Segera Dipa menepis tangan Rainer, menatap kesal Rainer yang kini ditahan Hadyan karena ingin menerjangnya.

"Bukan urusan lo nanya keadaan El! Emang lo lupa kesepakatannya? Lo gak usah urusin hidup El, pergi dari hidup dia! Sekarang lo mending fokus ke anak lo! Kalau lo gak mau ambil. Kita bakal taruh ke panti asuhan!"

Sungguh, perkataan Dipa membuat Rainer naik pitam. Segera ia lepas dari cekalan Hadyan dan memberi bogeman pada Dipa.

"Anjing lo!" Tidak menyangka Dipa berkata kejam seperti itu. Menaruh putrinya di panti asuhan? Tidak akan pernah Rainer biarkan!

Apakah keluarga Belle benar-benar tidak menginginkan anaknya hingga memiliki niat seperti itu. Ingin menaruhnya di panti asuhan jika ia tidak mengambilnya? Astaga keluarga itu benar-benar! Rainer tidak habis pikir.

Rainer memutuskan untuk masuk kembali ke kamar. Enggan pergi bersama dengan Dipa ke Jakarta. Merasa sangat marah.

》》《《

Sesampainya di Jakarta, Rainer langsung ke rumah Jeremy. Enggan membuang waktu jika datang esok hari. Ia tidak sabar untuk bertemu dengan anaknya dan tentunya Belle.

Tiba di sana, ia disuruh menunggu sejenak. Kakinya tidak bisa berhenti. Mengetuk dengan tidak sabar.

Dadanya pun berdebar tidak sabar.

REDAMANCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang