18

7.5K 610 9
                                    

Butuh Sosok Istri dan Sosok Ibu

.

.

.

Setiap suapan yang masuk ke dalam mulut Rainer, setiap itu pula Mama berujar tidak hentinya. Mengatakan dirinya yang begitu manja karena sudah berumur, tapi masih saja disuapi.

Rainer abaikan. Memilih memainkan jari-jari Belva yang diletakkan di sisi kirinya. Putri kecilnya itu mendongak dengan senyuman di wajahnya. Kedua tangannya terulur ke depan seakan meminta Rainer untuk menggendongnya.

"Don't hold your child yet! She could be infected!!" Teguran Mama saat Rainer hendak meraih tubuh Belva.

Rainer memutar bola mata malas. "Mam, I've recovered. Masih lemes aja pasca sakit, jadi kayak gini." Tetap meraih Belva. Lalu menggendongnya. Mengajaknya bicara.

"Harusnya kamu cari istri, Rai!"

Rainer mengabaikan Mama. Pura-pura tidak mendengar perkataan Mama.

"Biar ada yang urus anak kamu!"

Kali ini Rainer tidak mengabaikan Mama. Ia menatap malas Mama. "Ma, kalau urus Belva. Aku bisa sewa pengasuh."

"Who will take care of you? You need a wife, Rai!"

Menghela nafas pelan, sepertinya Mama kembali seperti dulu. Merecoki dirinya tentang mencari istri.

"Mama punya..."

"Ma, I don't need. Okay?"

Mama menatap tajam Rainer. Lalu mendengus kesal. "Sampai kapan kamu harus seperti ini, Rai? Larut dalam masa lalu kamu?! Berharap Mami Belva balik lagi ke kamu?!"

Menghembusnkan nafas kasar, Mama segera bangkit. Berdiri, kini tatapannya berubah lembut. "Rai, think of yourself, especially your child. You may not need her now, but someday you'll need a wife and mother for your child. Apalagi kalau Mama udah gak ada."

Setelah mengatakan itu Mama keluar meninggalkan Rainer yang memeluk erat Belva.

Apa yang dikatakan Mama ada benarnya. Rainer butuh seorang istri, sekaligus seorang ibu untuk Belva.

Tapi, Rainer tidak butuh orang lain.

Rainer hanya butuh Belle....

Menghela nafas kasar, ia kembali menunduk menatap Belva yang berusaha menjangkau wajahnya. Ia mendekatkan wajahnya membuat Belva meraba-raba dengan kedua tangan mungilnya.

Suara Belva mulai keluar. Bergumam tidak jelas. Tersenyum menampakkan gusinya yang belum ditumbuhi gigi membuat Rainer tertawa. Merasa gemas dan menciumnya. Karena sudah tiga hari Rainer tidak mencium Belva membuatnya sangat merindukan putri kecilnya itu.

Masih ada sedikit harapan di hati Rainer. Menginginkan Belle kembali pada dirinya.

Namun, sekarang fokusnya pada Belva.

Bayi kecilnya yang seiring waktu tumbuh menjadi putri kecilnya yang semakin menggemaskan.

》》《《

Rainer bergidik geli merasakan daun telinganya disentuh. Tidurnya agak terganggu membuatnya membuka mata lalu tersenyum lebar melihat sosok yang menggangu tidurnya.

Memilih kembali memejamkan mata, Rainer ingin mengetahui seberapa jauh usaha putri kecilnya itu membangunkannya.

Hingga ia memekik keras merasakan daun telinganya digigit. Seketika ia membuka mata dan melihat si pelaku yang membuatnya kesakitan tertawa tidak berdosa dengan wajah bahagianya.

REDAMANCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang