10

12.2K 635 6
                                    

Happy Anniversary, Happy Birthday and I Happy With You [2]

.

.

.

"Jangan bilang Bee gak tau kalau hari ini hari jadian kita juga?!"

Rainer semakin meringis. Apalagi saat melihat ekspresi marah Belle.

"Bukan gitu Honey... I think... aku pikir kita jadian saat malam ulang tahun perusahaan Ayah kamu waktu itu... yang berarti seminggu lagi."

Dengan pelan Rainer duduk di sebelah Belle lalu menggenggam tangannya. "So sorry, Honey. Bukannya aku lupa ataupun gak tau sama sekali." Melihat tatapan tidak percaya Belle membuat Rainer menghela nafas panjang. "Ya... jujur aku gak tau. Kamu tau, aku pria tua yang sudah berumur makanya gak ingat apapun tentang ini. Apalagi aku sibuk bekerja."

"Tapi kamu gak lupain aku, kan?"

"Enggaklah, Honey! Aku selalu ingat kamu. Always!"

Senyum Belle terbit. Rainer bersyukur Belle bukanlah tipe wanita yang lama merajuk.

"Bee bisa kok kasih aku hadiah anniv sekarang."

Rainer mengangkat satu alisnya tidak mengerti. "Apa?"

Belle membuang pandangannya sejenak lalu kembali menatap Rainer. "Mm... give me a beautiful night as an anniversary gift."

Tidak langsung menjawab. Rainer mencerna dan matanya berbinar saat mengerti.

Segera ia mencium Belle. Meraup kasar bibir merah tersebut. Seakan tidak ingin melepasnya.

》》《《

Dengan pelan kelopak mata Belle terbuka membuat Rainer berhenti mengusap rambut kekasihnya itu. Tersenyum tanpa melepaskan tatapannya dari Belle yang mengusap kedua matanya.

"Morning, Honey." Rainer mencuri kecupan singkat dari bibir Belle yang langsung merengek karena Rainer belum berkumur.

Belle merapatkan tubuh telanjangnya pada Rainer yang hanya mengenakan celana pendek. Mereka berada di bawah selimut yang sama.

Rainer menaikkan posisi selimut Belle untuk menutupi pundak Belle. Menatap Belle yang kembali memejamkan mata.

"Sekarang jam berapa?" tanya Belle tanpa membuka mata.

"Kurang tujuh menit setengah enam," jawab Rainer. Kembali mengusap rambut Belle.

"Mm... masih ada waktu meluk Bee."

Rainer tertawa, ia pun mengeratkan pelukannya pada Belle. Lalu, teringat dengan pertanyaan yang dari semalam ia ingin tanyakan, namun karena mereka terbakar gairah sehingga ia tidak sempat bertanya.

"Honey?"

"Hm?"

Rainer menatap Belle yang masih terpejam. "Gimana bisa kamu ke sini? Maksudku cara izinya gimana? Orang tua kamu tau kamu ada di sini? Kamu gak kabur, kan?"

Belle tertawa mendengar rentetan pertanyaan Rainer. Ia membuka mata, balik menatap Rainer. "Aku suruh orang bikin surat untuk studi wisata. Terus minta izin ke Ayah. Ya dikasih deh aku  bisa ke sini."

"Astaga!" Rainer tidak mampu berkata-kata. Ia menatap tidak percaya Belle yang tertawa.

Wajahnya ditangkup Belle. Kepala Belle sedikit terangkat mendekat ke wajahnya. "Apapun untuk Bee, aku bakal lakuin. Begitu pun, Bee!"

REDAMANCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang