34

6.9K 606 9
                                    

Lebih Sakit Dari Apapun
.

.

.

Rainer mendengus pelan seiring langkahnya berhenti, memutar tubuhnya hingga sosok Rali yang mengikutinya ikut berhenti. Keponakannya itu benar-benar menyebalkan.

Kini keduanya saling bertatapan. Rainer dengan tatapan kesal, sementara Rali dengan tatapan curiga.

"Ral..."

"Ikut!" sela Rali yang membuat Rainer berdecak kesal.

"Cuma tiga hari!"

"Kalau cuma tiga hari kenapa Belva ikut? Bahkan Om minta izin di sekolahnya?"

Memejamkan mata sejenak, Rainer mengatur emosinya agar tidak meledak. "Belva mau ikut. Nanti dia nangis kalau Om gak bolehin."

"Berarti aku juga boleh ikut dong!"

"Enggak!"

Rali tersentak saat suara Rainer keras.

"Kamu mabuk udara, Ral. So, nikmati waktu kamu di rumah ini. Anggap rumah ini, rumah kamu, tapi ingat jangan dijual!" Rainer tersenyum geli melihat Rali memutar bola mata jengah.

"Papi! Ayo berangkat!" seru Belva yang menyembulkan kepala lewat jendela mobil.

Rainer menoleh sekilas melihat raut berbinar putri kecilnya itu lalu kembali menatap Rali. Mengecup sekilas pelipis Rali, ia kemudian pamit.

"Om pergi dulu. Jangan buat party pool di rumah Om."

"Aku bukan remaja!"

Rainer tertawa. Segera masuk ke dalam mobil.

"Bye-bye Kak Rali." Belva melambai pada Rali ketika mobil mulai melaju.

Rali balas melambai.

》》《《

Sesampainya di bandara Ahmad Yani, Kota Semarang, Rainer mengedarkan pandangannya. Mencari sosok yang menjemputnya.

Meski Rainer tau, Belle enggan terlibat lagi dengannya, tapi jika menyangkut Belva. Pasti wanita itu mau tidak mau akan menyetujui permintaannya.

"Miss Meera!" Seruan Belva pada sosok Belle membuat Rainer melepas genggaman tangannya dari tangan mungil Belva. Membiarkan putri kecilnya itu menghambur masuk ke dalam pelukan Maminya.

Tersenyum getir.

Rainer menatap sendu dua sosok yang saling berpelukan. Seandainya saja mereka hidup sebagai keluarga kecil yang bahagia.

Belle berperan sebagai seorang ibu dan istri. Menjemput dirinya dan Belva setelah melakukan perjalanan jauh. Memberikan pelukan hangat bukan hanya pada putri mereka, tapi juga pada dirinya.

Ya, semua hanya pengandaian Rainer.

Yang dilakukan Belle hanya menyapanya.

Baru seminggu tidak bertemu dengan wanita itu, tapi ia sudah sangat merindukannya. Rasanya ingin merengkuh, tapi ia menahan diri.

"Kalian sudah makan?"

Rainer tau, Belle hanya sekedar basa basi, tapi ia merasa Belle perhatian padanya.

Mereka tiba di kota asal Lumpia tersebut menjelang siang. Waktu yang pas untuk makan siang.

Ke salah satu rumah makan yang terkenal akan nasi ayam. Salah satu makanan khas kota tersebut.

REDAMANCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang