46

31.6K 997 27
                                    

Mencintai Seseorang Yang Juga Mencintai Kita [2]
.

.

.

"Miss Meera!!"

Seruan Belva membuat fokus Rainer pecah yang sedari tadi memperhatikan Belle.

Sungguh Rainer tidak percaya jika Belle hadir saat ini. Kalau saja Belva tidak memanggil Belle, mungkin ia mengira hanya berhalusinasi.

Begitu merindukan Belle sehingga ia menyangka Belle ada saat ini.

Namun, Belle nyata.

Sekarang dua orang yang ia cintai saling berpelukan. Saling melepas rindu.

Ingin rasanya Rainer ada di antara mereka, tapi ia menahan dirinya.

Enggan mendekati mereka.

Membiarkan ibu dan anak itu saling berpelukan.

Tatapannya bertemu dengan Rali. Keponakannya itu tersenyum menggoda membuatnya melengos. Pamit dengan alasan ingin ke toilet.

》》《《

Pesta barbeque di rumah Rali menjadi pilihan untuk makan siang. Selain untuk merayakan karena Belva telah tampil hebat menghibur acara sekolahnya.

Rainer memilih memisahkan diri.

Terlalu pengecut karena tidak tau harus bersikap seperti apa karena adanya Belle diantara mereka.

Rali mengajak wanita itu kemari.

Rainer antara bahagia dan kesal di waktu yang bersamaan.

Bahagia karena bisa melihat Belle lagi dan kesal pada dirinya karena merasa pengecut.

Mengusap wajahnya kasar, ia hendak beranjak dari duduknya, tapi diurungkan saat melihat Belle berjalan ke arahnya.

Jangan bilang Belle menghampirinya?

Rainer enggan besar kepala, ia memilih membuang pandangan. Menatap Belva yang sedang dibuat kesal Arka.

"Hei."

Rainer menoleh, ternyata Belle memang menghampirinya. Di tangan wanita itu terdapat sebuah piring serta garpu. Beberapa potong daging panggang serta sosis panggang.

Belle duduk di sebelahnya lalu menawarinya. "Aku belum lihat kamu makan."

Ah Belle saja bisa bersikap biasa saja, kenapa Rainer harus seperti ini?

Bukannya menerima tawaran Belle, Rainer malah menatap wanita itu. Memakai poni tipis membuat Belle benar-benar berubah.

"Gak mau, ya?" tanya Belle kikuk seraya menarik piring tersebut membawa ke pangkuannya. Wanita itu pun mengalihkan pandangan ke arah Belva. Menusuk sosis menggunakan garpu lalu membawa ke mulutnya.

Tersentak saat tangannya di pegang, menoleh menatap Rainer yang membawa sosis itu ke dalam mulut pria itu.

"Makasih," ujar Rainer seraya melepas tangan Belle.

Jantungnya berdebar tidak karuan. Gerakan spontan itu di lakukan Rainer tanpa sadar.

Keduanya berubah kikuk. Merasa canggung satu sama lain.

"Em... kapan kamu tiba disini?"

"Semalam."

Keduanya enggan menatap satu sama lain. Lebih memilih menatap Belva. Daging dan sosis panggang terabaikan begitu saja.

REDAMANCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang