11

9.7K 543 8
                                    

Tak Disangka, Tak Direncanakan dan Tak Diharapkan

.

.

.

Bel pertanda jam istirahat membuat semua murid bergegas keluar dari kelas setelah guru yang mengajar mereka pamit keluar.

Semuanya bersama dengan teman-teman mereka pergi ke kantin dengan suasana hati gembira, tertawa riang. Membicarakan hal-hal yang bertopik secara acak, mulai dari gebetan hingga idol favorit mereka.

Semua murid bersuka cita tidak sabar ingin mengisi perut mereka yang keroncongan.

Ralat.

Tidak semuanya karena ada sosok yang memilih tinggal di kelas.

"El, kamu gak ke kantin?" tanya Ratu, lengannya telah digaet Jeni. Keduanya menatap Belle yang menidurkan kepala di atas meja. Terlihat temannya itu lemas.

"Gak. Aku gak lapar," dusta Belle. Padahal ia lapar, sangat lapar.

Sangat ingin makan, tapi entah kenapa beberapa hari ini jika melihat makanan, ia akan merasa mual. Setiap paginya muntah-muntah yang membuat tubuhnya lemas.

"Kamu sakit?" tanya Jeni sembari memegang dahinya. Lalu bergumam, "Gak panas kok."

"Tapi dia pucat banget." Ratu memberi komentar saat mendengar gumaman Jeni.

"Kita anterin ke UKS? Atau kamu balik aja deh, El. Nanti kamu pingsan atau apa gitu," ujar Jeni yang digelengi Belle.

Dengan senyum hampa di bibirnya yang pucat, Belle menggeleng pelan. Menolak ide Jeni menyuruhnya pulang. "Aku lagi dapet. Mungkin itu yang bikin aku lemes."

"Tapi, kamu mending tiduran di UKS aja deh dulu. Nanti pas masuk, baru ke kelas lagi," ujar Ratu, kini menarik Belle agar berdiri. Bersiap mengantar temannya itu ke UKS. Tapi, tangannya tepis.

Bukan Belle, tapi Jovan lah pelakunya.

Sontak Ratu mendelik tidak suka pada Jovan yang dibalas dengan hal yang sama.

Jovan melembutkan tatapannya saat menatap Belle yang terlihat sakit. "Aku yang anterin kamu."

Sebenarnya Belle ingin menolak, tapi ia tidak ingin berdebat dengan Jovan yang tentunya keras kepala akan tetap mengantarnya.

"Aku gendong kamu."

"Jangan berlebihan, Jo," ujar Belle menolak Jovan menggendongnya. Akhirnya Jovan hanya menuntun Belle ke ruangan UKS.

Sesampainya di UKS, Jovan membantunya baring di atas brankar yang ada di sana. Hanya mereka berdua yang berada di UKS tersebut. Perawat yang berjaga sedang berisitirahat juga setelah memberi Belle teh hangat.

"Kamu mau minum ini?" tanya Jovan seraya menyodorkan cangkir teh tersebut yang langsung digelengi Belle.

"Atau kamu mau makan? Makan apa?" Belle tidak menyahut. Memutuskan untuk memejamkan mata.

Sungguh, ia merasa lemas, padahal ia sama sekali tidak sakit.

Tidak lagi mendengar suara Jovan membuatnya membuka mata, pemuda itu pastinya telah pergi meninggalkannya seorang diri di ruangan tersebut.

Merogoh saku seragamnya, ia meraih ponsel ingin menghubungi Rainer.

Tapi, ia urungkan. Tidak ingin membuat Rainer khawatir. Apalagi Rainer berada jauh di sana dan sibuk bekerja.

REDAMANCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang