27

7.2K 605 8
                                    

Jangan Menahan Diri, Kamu Berhak
.

.

.

Seusai makan ramen bersama, mereka tidak langsung pulang karena Belva merengek ingin main trampolin.

Tentu saja Rainer melarang keras hal itu karena Belva baru saja makan. Bisa-bisa Belva akan muntah.

Alhasil Belva mengeluarkan jurus andalannya, memelas pada Rainer.

"Nanti Bel muntah. Kamu baru saja selesai makan, Baby!" ujar Rainer membujuk.

Belva mengamuk, memukul pundak Rainer yang menggendongnya.

"Hei Bel! Don't do that! Jangan jadi anak yang gak sopan!" ujar Rainer tegas, tapi tetap menjaga suaranya agar tidak keras.

Belva pun tidak lagi melayangkan tangannya, menelungsupkan kepalanya di pundak Rainer. Mulai mengeluarkan isak tangis.

"Kita pulang sekarang!" ujar Rainer sembari mengelus punggung Belva. Ia menatap Belle yang hanya diam mengamati Belva.

Rainer tau jika Belle menahan diri agar tidak menyahut untuk menenangkan Belva.

Jadi, Rainer diam. Tidak lagi menenangkan Belva yang terisak. Menunggu reaksi Belle.
"Okay! Kita pulang sekarang!"

Belva semakin mengeraskan suara tangisnya, bahkan kembali memukul lengan Rainer yang bergerak pelan tanda ingin melangkah.

"Bel..."

"Maybe we can play the ball pool?" Perkataan Rainer disela Belle. Wanita itu tersenyum kikuk saat menatapnya.

Belva menarik tubuhnya, lalu menengok ke arah Belle, wajahnya sembab penuh air mata membuat Belle merasa tidak tega menatap gadis kecil itu.

"Bel mau?" tanya Belle pada Belva.

Belva mengangguk pelan, lalu menatap Rainer meminta persetujuan lewat tatapan matanya.

Rainer setuju membuat senyum Belva terbit, begitupun senyum Belle.

Sekarang Rainer menyimpulkan jika Belle berusaha menahan diri untuk tidak terlalu dekat dengan Belva. Kalau saja Belle tidak dipancing, maka wanita itu tidak akan bergerak.

Rainer bertanya dalam hati, kenapa Belle melakukan hal itu?

Apa wanita itu enggan dekat dengan Belva?

Hingga malam mereka berada di area tersebut.

Kalau saja Belva tidak kelelahan, pasti gadis kecil itu enggan untuk pulang.
Dalam gendongan Rainer, mata Belva hanya terbuka setengah. Kepalanya terkulai di pundak Rainer.

Belle membantu Rainer membuka pintu belakang penumpang.

Hendak memasukkan Belva, tapi gadis itu menggeleng dan mengeratkan pelukannya pada Rainer. "I'm afraid to sit alone in the back." Tidak terbiasa duduk sendirian di belakang pada malam hari membuat Belva takut.

Mendengar hal itu, Belle membuka pintu depan. "Biar saya yang duduk di belakang."

Salah satu tangan Rainer menahan tangan Belle yang hendak naik ke belakang. Wanita itu menatapnya heran.

"Kamu mau pangku Bel?"

"Mm..." Belle tidak tau harus berkata apa. Ia bingung.

"Papi, kapan kita pulang?" Belva menginterupsi mereka dengan suaranya yang benar-benar mengantuk.

REDAMANCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang