38

7.3K 619 7
                                    

Apa Kamu Mau Posisi Mu Digantikan?
.

.

.

Rainer melirik Belle yang sedari tadi diam. Wajah murungnya tidak bisa hilang sejak meninggalkan rumah Hadyan.

Saat ini ia mengantar Belle menuju hotel, tempat wanita itu tinggal.

Wajah murung Belle karena Belva.

Gadis kecil itu mengabaikan Belle sejak ada Sania. Lebih memilih bersama Sania di banding Belle.
Bahkan saat Belle pamit pulang tadi, Belva mengabaikan. Lebih tertarik menceritakan kegiatan jalan-jalannya selama di Semarang pada Sania.

Segera, Rainer menghentikan laju mobil. Menepi saat menyadari Belle menangis.

Wanita itu menoleh. Menatapnya heran. Tidak ada lagi air mata karena sudah diseka. Namun, Rainer tau Belle masih bersedih.

"Kenapa berhenti?"

"I know how you feel now," ujar Rainer pelan menatap intens Belle.

"You don't know." Belle memilih membuang pandangan.

"I know, Belle! Rasa iri karena Belva lebih asik dengan orang lain."

"She doesn't know that I'm her mommy," lirih Belle masih enggan menatap Rainer.

"So, we must tell her."

Belle akhirnya menatapnya. Lalu menggeleng.

"Kenapa Belle?"

"Nanti dia benci sama aku!" sentak Belle. Matanya kembali berkaca-kaca.

"But, we..."

"Apa? Kita jelasin ke dia! Gimana caranya? Walaupun kita jelasin ke Bel dengan cara yang baik, tetep aja dia bakal benci sama aku! Apalagi kalau dia tau alasannya!" Belle berteriak. Tidak dapat mengontrol emosinya. Mengeluarkan air mata kepedihan. Sangat sakit melihat gadis kecilnya lebih dekat dengan wanita lain, bahkan menganggap wanita itu Maminya.

"Belle..."

"Aku jahat...". Belle menyela. Menatap nanar Rainer yang balas menatapnya sendu. "Aku... aku buang dia." Lalu Belle menunduk. Menangis tersedu-sedu.

Segera Rainer melepas sabuk pengamannya, maupun sabuk pengaman Belle. Menarik wanita itu masuk ke dalam pelukannya.

"Kamu gak jahat... gak ada yang kamu buang," ujar Rainer lirih. Berusaha menenangkan Belle yang menangis tersedu-sedu.

"Jangan bohong! Seharusnya kamu gak menutup mata!" Suara teriakan Belle teredam karena Rainer memeluknya erat. Wanita itu meronta pelan enggan di peluk. "Jelas-jelas aku yang nolak Belva... nolak kamu..." Suara Belle berubah lirih.

Pelukan Rainer sontak meregang.

Belle menarik dirinya. Lepas dari pelukan Rainer. Mendongak menatap Rainer. "Kamu lupa apa yang Bundaku bilang? Semuanya karena aku... aku nolak kalian. Dan aku ngerasa egois kalau sekarang aku menginginkan berada di sisi Belva. Aku munafik."

Belle menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Kembali menangis tersedu-sedu. Mengingat kesalahan yang ia lakukan.

Hamil di usia muda tentunya membuatnya kalut. Apalagi amukan Jeremy, sang Ayah membuatnya semakin tertekan. Masa depan yang ia tata hancur lebur.

Memikirkan menjadi seorang ibu di usia muda membuatnya menyalahkan sang bayi karena menghancurkan segalanya. Hubungannya dengan Rainer terancam putus. Rasa kecewa kedua orang tuanya serta sekolahnya pun harus putus.

REDAMANCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang