03

14.6K 1K 14
                                    

Ini Namanya Jalan-Jalan, Bukan Kencan

.

.

.

Supir pribadi yang biasa mengantar-jemput Belle ke sekolah telah berhenti bekerja karena faktor umur, jadi Maria yang berperan sebagai supir putrinya.

Namun, hari ini Maria tidak bisa menjemput Belle karena ada urusan mendadak. Ia meminta tolong pada Dipa.

Karena Dipa juga memiliki urusan, jadi ia melimpahkan perintah tersebut pada Rainer.

Dan di sinilah pria yang saat ini berusia tiga puluh satu tahun tersebut berada. Menunggu hadirnya sosok Belle yang mengenakan seragam putih abu-abu.

Dari balik kacamatanya, ia melihat Belle yang telah keluar dari gedung sekolah. Gadis itu tidak sendirian, ada sosok pemuda yang mengikutinya.

Dilihat dari raut wajah Belle yang tidak nyaman serta gadis itu dicekal membuat Rainer berjalan menghampiri.

"Belle!"

Mata gadis itu berbinar menatapnya segera mendekatinya.

"Om Rainer!" sapa Belle. Mereka baru bertemu setelah enam bulan lamanya, karena akhir-akhir ini Rainer selalu memiliki pekerjaan di luar kota.

"Belle!"

Keduanya kompak menoleh ke arah pemuda tersebut. Seketika raut wajah Belle berubah cemberut.

"Udah ada Om Rainer yang jemput aku. Mending kamu pulang deh!" Belle mengibaskan tangan pada pemuda bernama Jovan tersebut.

Rainer mengamati raut pemuda itu yang terlihat kesal saat menatapnya, tapi saat menatap Belle menjadi tersenyum.

"Ya udah aku duluan." Tangan Jovan terulur hendak mengusap puncak kepala Belle, tapi dengan sigap Rainer menarik Belle menghindari aksi Jovan.

Pemuda itu sontak kembali menatapnya tajam. Lalu melenggang pergi.

Rainer pun membawa Belle ke mobilnya.

"Jadi, itu pacarmu?" Rainer mulai membuka sesi intograsi setelah melajukan mobil.

"No! He's Jovan, my classmate."

"Masa?" Rainer melirik sekilas untuk melihat raut wajah Belle. Apakah gadis itu berbohong atau tidak?

"Iya Om Rainer! Lagian aku gak suka sama Jovan! Dia suka ngatur-ngatur aku. Masa larang aku temenan sama Ratu. Katanya Ratu itu anaknya gak baik. Terus dia juga larang aku temenan sama Jeni, katanya anaknya centil nanti aku ikutan centil."

Rainer terdiam. Merasa khawatir jika pemuda bernama Jovan itu berkeliaran di sekitar Belle. Belum ada hubungan saja sudah posesif. Tapi, ia bersyukur karena Belle tidak menyukai pemuda itu. Padahal yang ia lihat pemuda itu cukup tampan.

"Masa nih ya Om kalau aku ijin ke toilet, dia juga ikut. Katanya mau nemenin aku. Kan nyebelin banget!"

"Oh my god! Really?!" Rainer terkejut.

Sepertinya pemuda bernama Jovan itu benar-benar berbahaya.

"Iya Om! Kata Jeni, kalau aku gak mau digangguin Jovan mulu, aku harus punya pacar."

"Jadi, kamu punya pacar?" serebot Rainer cepat.

"Not yet. Ada temen Jeni..."

"Gak boleh!"

REDAMANCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang