BDS2- 22 (Temu kangen)

2K 129 21
                                    

Soraya dan Ingglid saat ini berada di dapur untuk menyiapkan makan malam. Wanita paruh baya itu begitu antusias menceritakan banyak hal.

"Dulu, saat kamu pergi dia sudah seperti orang gila mencarimu hingga ke mana-mana. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk mengikuti ayahmu dan ujungnya tetap tak memiliki hasil apa pun." Ingglid mulai membahas apa yang Terjadi di masa lalu.

"Saat itu, aku hanya berpikir bahwa dia pasti akan bahagia bersama dengan Eriska mengingat hubungan mereka yang sudah hampir menikah dan bersama sejak lama. Terlebih kondisiku saat itu sedang hamil, jika mereka mengetahui, sudah pasti aku hanyalah batu tunjangan untuk hidup mereka. Pergi dari sisi Jack juga bukan sesuatu yang bisa aku putuskan dengan mudah, aku tak tahu seperti apa perasaannya dulu." Soraya tersenyum masam saat mengingat betapa bodohnya dia di masa lalu.

Ingglid menghela napas. Apa yang dikatakan oleh Soraya ada benarnya, ia juga sedikit terkejut saat mendengar tentang kebenaran dari pernikahan mereka dulu. Pasti berat sekali saat berada di posisi Soraya.

"Aku benar-benar minta maaf atas nama Jack, tapi aku juga bersyukur jika kalian dapat kembali bersama kembali seperti ini, terlebih anak kalian juga sudah besar semua." Ingglid tersenyum lebar saat mengatakan itu.

"Hmm, ya, mereka selalu bertanya di mana ayahnya, kali ini sudah bersama pasti senang sekali."

Tak terasa memasak sembari berbincang selesai dengan begitu cepat hingga akhirnya waktu untuk menyajikan makanan telah tiba.

"Apa Daniela belum juga pulang?" tanya Soraya bingung pasalnya sampai sekarang tak melihat batang hidung wanita itu.

"Mungkin dia pergi keluar dengan Adnan, lelaki itu selalu mengejar Daniela, tapi tak kunjung mendapat kepastian darinya." Ingglid mulai menimpali pertanyaan Soraya.

"Begitu, ya, benar saja Daniela sudah dewasa pasti sebentar lagi juga akan segera menikah. Lelaki yang bernama Adnan sungguh beruntung karena berhasil mendapatkan Daniela." Soraya tersenyum saat mengatakan itu dan menyiapkan gelas untuk makan.

Ia melupakan fakta bahwa waktu sudah berputar lima tahun lamanya, tetapi menurutnya tak banyak yang berubah. Hanya zamanlah yang berubah menjadi semakin maju, selebihnya semua terkesan sama.

"Belum berhasil, Daniela selalu saja menolak lelaki itu. Padahal dia juga menyukai Adnan. Benar-benar anak yang merepotkan, aku menjadi merasa tak enak dengan Adnan karena sikap Daniela," keluh Ingglid sembari menatap piring di tempat duduk masing-masing.

Biasanya yang menyiapkan makan seperti ini adalah pelayan. Namun, karena hari ini Soraya datang mereka berdua sepakat untuk mengurus semuanya bersama saja.

"Mungkin Daniela belum siap untuk berkeluarga, itu sebabnya dia melakukan itu." Soraya menatap hidangan yang sudah tertata rapi dan menunggu semua berkumpul.

Ia teringat dengan masa lalu saat pertama kali datang ke sini, terjadi perbincangan sengit antara keluarga ini dan adiknya Ricard.

Pelukan tiba-tiba membuat Soraya tersentak. Ia kaget saat merasakan ada yang memeluknya tiba-tiba. Hingga akhirnya terdengar suara isakan tangisan dari orang yang memeluknya. Suara seorang wanita.

Soraya menegang saat merasakan itu. Sudah pasti itu adalah Daniela, sejak kapan wanita itu pulang? Kenapa dirinya tak tahu?

"Kenapa lama sekali baru kembali ke rumah ini? Apa kau tak merindukanku?" tanya Daniela dengan suara parau di tengah isakannya.

Pelukan itu semakin mengerat, pelukan hangat dan penuh kasih sayang dari Daniela membuat Soraya terharu.

"Daniela, kamu sudah dewasa, ya, aku benar-benar tidak bisa membayangkan akan kembali ke rumah ini." Soraya mengelus tangan yang melingkar di perutnya, suara Soraya juga parau menahan air mata yang hendak keluar.

"Kenapa tak bisa kembali ke rumah ini? Kamu adalah istri dari kakakku, sudah pasti akan kembali ke rumah ini. Jangan pernah pergi lagi dari rumah ini!" Daniela semakin mengeratkan pelukannya dan sedikit meninggikan suara.

Tindakan dari Daniela itu membuat orang yang berkumpul di ruang tengah berlari ke meja makan untuk melihat apa yang terjadi di sana.

Ingglid yang melihat itu menghapus air mata yang menetes saat melihat apa yang tersaji di hadapannya.

"Daniela benar, jangan pergi lagi dari keluarga ini. Kami semua menerimamu apa adanya." Ingglid menambahi.

"Baiklah, aku tidak akan meninggalkan keluarga ini lagi. Bisakah aku melihat wajah dewasamu saat ini?" Soraya mencoba untuk mencairkan suasana.

Semua yang melihat itu tersenyum.

Adnan yang melihat itu pun juga tersenyum, ia melihat sisi lain dari Daniela, lima tahun lebih mengenal wanita itu baru pertama kali melihatnya bersikap layaknya anak kecil seperti kali ini.

"Tidak mau, wajahku pasti buruk sekali karena baru saja menangis," ujar Daniela menyembunyikan wajahnya di punggung Soraya.

"Ayolah, aku juga ingin melihat wajah sehabis menangismu seperti saat kecil." Jack mendekat dan menggoda adiknya itu.

"Tidak mau! Kalian semua menyebalkan!" Daniela melepas pelukannya dan langsung berlari untuk keluar dari sana sambil menunduk.

Wajahnya tertutup rambut dan segera pergi menuju kamarnya untuk berbenah diri.

"Dia masih seperti anak kecil saat seperti itu. Duduklah, kita akan menunggu Daniela dan makan malam bersama."  Richard memecah suasana dan duduk di tempatnya.

Akhirnya semua duduk di kursi masing-masing sembari menunggu Daniela kembali. Kursi yang biasanya kosong kini sudah terisi penuh.

"Jadi, kapan kalian menikah, Adnan?" tanya Ricard kepada orang yang dipanggil Adnan tersebut.

"Ya, masalah itu aku sudah berulang kali mengajak Daniela, tapi dia masih belum menerima ajakanku. Mungkin aku harus berjuang lebih banyak lagi." Adnan mengatakan itu dengan canggung.

"Sebentar lagi dia pasti akan menerima pinanganmu, tidak perlu cemas, dia itu terlalu penyendiri sehingga tak memiliki teman lelaki mana pun lagi," ujar Jack dengan penuh percaya diri.

"Semua itu tidak benar. Beberapa hari lalu aku melihat Daniela pergi keluar dengan salah satu perawat yang tampan di rumah sakit kami. Bayangkan, dia selalu menolakku lalu pergi keluar dengan lelaki lain. Dia sungguh tak adil," adu Adnan kepada Jack dengan manja layaknya anak kecil.

Semua orang tertawa mendengar itu, Adnan yang berperawakan dewasa seperti itu bersikap layaknya anak kecil. Sungguh lucu.

Percakapan demi percakapan pun dijalani oleh mereka semua. Hingga akhirnya Daniela datang dengan wajah yang sudah segar sudah pasti wanita itu baru saja selesai mandi.

"Kalian seru sekali, sedang membicarakan apa?" tanya Daniela sembari mengambil tempat duduk tepat di samping Adnan.

"Sedang membicarakan seorang wanita yang pergi dengan lelaki lain setelah menolak seseorang," ujar Jack mulai menggoda adiknya.

"Wah, kurang ajar sekali wanita itu. Jika aku menjadi wanita itu tidak akan melakukan hal semacam itu. Kalau sampai lelaki yang ditolak dendam terus kena santet, kan, bahaya." Daniela mengatakan itu dengan santai seakan tak sadar bahwa mereka semua membicarakannya.

Balas Dendam (COMPLETED) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang