Soraya merenggangkan badan saat merasakan pinggangnya yang mati rasa karena terlalu banyak duduk.
"Baiklah, badanku rasanya mau patah. Aku akan pergi keluar sebentar." Soraya bangkit dari duduk dan berniat untuk keluar sebentar.
Menjadi pimpinan perusahaan seperti ini rasanya tidak begitu menyenangkan, setiap saat harus duduk dan melihat lebih dari sepuluh dokumen dan menatap komputer.
"Aku lelah dan membutuhkan istirahat, kenapa dulu ayah tidak memiliki anak lelaki saja?" gumam Soraya kesal sembari membuka pintu.
Membicarakan tentang saudara Soraya sedikit penasaran dengan kehidupan Aprillia, selama enam tahun terakhir ini ia tak pernah mendengar apa pun. Saat dia pergi dulu April memang terlibat masalah setelah itu ia tak tahu apa pun dan kembali setelah lima tahun lebih, kini anak April juga sudah besar apa mungkin setelah insiden waktu itu dia memang benar-benar hamil?
Biar bagaimanapun dia juga adikku, tidak pantas bila aku tidak memberikan apa pun kepadanya. Aku akan mencari tahu dan memberikan yang sepantasnya dia dapatkan. Ayah sudah meninggal dia tak memiliki siapa pun lagi, batin Soraya sembari terus berjalan melewati meja sekretarisnya.
Sang sekretaris pun hanya bingung dengan apa yang dilakukan oleh Soraya melamun dan berjalan.
"Apa Bos sedang tidur?" tanyanya bingung menatap punggung Soraya yang melihat di balik lift.
Soraya menuju kantin perusahaan untuk membeli minuman dingin, ia tak ingin membuat sekretarisnya susah hanya untuk membelikan satu botol minuman.
Ponsel Soraya yang berada di saku blazer pun berbunyi tanda bahwa ada panggilan baru yang masuk.
Nama Jack tertera di sana, memang Jack juga Soraya sering berhubungan melalui telepon, waktu mereka selalu menipis untuk bersama, Soraya sibuk dengan perusahaan begitu juga dengan Jack, mereka hanya bertemu di sore hari selama satu jam untuk bermain bersama dengan si kembar.
"Halo."
"Soraya, anak-anak ingin pergi menonton film malam ini, apa kamu ada waktu?" tanya Jack dari seberang.
"Aku tidak ada lembur hari ini, sepertinya bisa. Kita akan bertemu di tempat janjian." Soraya memasuki kantin yang mulai ramai pekerja yang sibuk makan siang suara berisik dari mereka juga terdengar jelas.
"Tidak perlu, aku akan menjemputmu ke perusahaan kita semua akan berangkat bersama." Suara Jack terdengar sangat antusias dengan perjalanan kali ini.
"Tidak masalah aku pulang sendiri, aku akan pulang lebih dulu. Aku membawa mobil sendiri, tunggu saja di rumah." Soraya mengambil minuman kemasan di dalam kulkas penjual.
Pilihan Soraya jatuh kepada teh kemasan yang berada di sana, teh pucuk selalu menjadi pilihan Soraya di saat jam istirahat seperti ini.
Soraya membawa teh pucuk itu ke penjualnya. "Berapa, Mbak? Sekalian sama baksonya suruh antar kayak biasanya," ujar Soraya.
"Baik, Buk, seperti biasa." Penjual itu tersenyum saat mengatakan itu.
Jack hanya menjadi pendengar saja selama itu, tidak mungkin menganggu.
"Sudah selesai?" tanya Jack pada akhirnya.
"Ya, sudah selesai." Soraya melenggang untuk pergi meninggalkan tempat tadi dan membayarnya.
"Baiklah, aku akan menunggumu di rumah. Jangan sampai telat untuk pulang mereka sudah menunggu saat-saat seperti ini." Jack memperingatkan apa yang harus Soraya lakukan.
"Tenanglah, aku ini ibu mereka dan tahu apa yang harus aku lakukan." Soraya kesal sendiri.
"Aku hanya memperingatkan. Tidak usah kesal, baiklah, kau ingin makan, bukan?" tanya Jack saat mendengar apa yang dikatakan oleh Soraya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Balas Dendam (COMPLETED) ✓
Storie d'amore(Cerita ini sudah ending, jangan lupa follow dan jangan lupa juga dukungannya) Ketika sahabat terbaik mulai merebut suami tercinta dan membunuh anak yang baru berada di dalam kandungan. Siapa pun pasti akan merasakan amarah yang tidak terkira. Begi...