BD-42 (Serangan Jack)

14.9K 851 36
                                    

Sesuai dengan perkiraan Aditya, mayat yang ditemukan di gudang terpencil itu adalah Sonya, kemungkinan kematian Sonya memanglah sejak pertama kali Sonya menghilang hal itu sudah hampir satu minggu. Saat ini jenazah Sonya pun masih dalam tahap autopsi untuk mengetahui penyebab dari kematian tersebut.

Meninggalnya Sonya pun menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat terutama para penggemar juga para antis tidak hanya itu kematian dari Sonya pun masih diselidiki. Aditya selaku kekasih dari Sonya pun juga merasa tidak percaya dan menginginkan pelaku mendapatkan pembalasan yang setimpal.

Soraya sendiri tidak tahu harus mengatakan apa, dia memang membenci Sonya, tetapi tidak ingin ada orang yang kehilangan nyawa seperti ini. Takut, itulah yang dirasakan oleh Soraya, Sonya sendiri termasuk seorang wanita yang tidak diketahui siapa orang tuanya.

Ada secercah rasa ingin mengakhiri balas dendam yang mungkin tidak akan memiliki ujung dan hanya akan menimbulkan dendam berkelanjutan hingga ke generasi selanjutnya.

"Aku ingin berhenti saja. Aku sudah tidak ingin ada yang kehilangan nyawa hanya karena dendam ini," lirih Soraya saat dia berada di dalam kamar.

Meski pembunuh Sonya bukanlah dirinya, tetapi rasa bersalah juga tetap ada terlebih dia pernah memiliki kontak yang dekat dengan Sonya.

"Ayah, Ibu, apa aku sanggup untuk membalaskan dendam kepada kalian?" Soraya bermonolog.

Ya, di waktu cuti seperti ini Soraya lebih memilih untuk menenangkan diri di dalam kamar. Hubungannya dengan Jack juga belum membaik, tidak ada interaksi lagi di antara mereka berdua.

Jack yang mendengar semua itu menghela napas, dia datang ke dalam kamar Soraya secara diam-diam untuk meminta maaf dan berbaikan, mendengar semua itu dia jadi ingin melakukan sesuatu untuk tanda permohonan maaf darinya untuk Soraya.

"Kita lihat saja dan aku akan membantumu untuk membalaskan rasa sakit yang kau rasakan." Jack pergi meninggalkan kamar Soraya begitu saja.

Soraya sendiri karena terlalu sibuk dengan pikirannya tidak menyadari keberadaan Jack di dalam kamarnya tadi.

"Roy, aku ingin kau mencari tahu cacat dari keluarga Adiyasa, aku ingin membuat serangan dadakan kepada mereka. Selain itu, aku ingin kau mengirimkan sebuah virus ke perusahaan yang aku kirimkan kepadamu. Kirimkan virus ke pusat komputer mereka, buat perusahaan itu kacau, retas semua berkas dan bocorkan semua yang ada. Aku ingin melihat mereka semua sengsara." Jack berujar kepada Roy yang sedang bermain PS di dalam kamarnya.

"Tidak masalah, asalkan ada uang aku bisa jalan. Mengirimkan virus ke komputer utama cukup sulit, aku akan mencobanya jika hanya meretas saja tidak begitu sulit, mengenai keluarga Adiyasa secepatnya aku akan mencari tahu tentang mereka. Aaa, aku kalah lagi, sialan, ini permainan apa, sih, kalah terus perasaan aku!" keluh Roy saat dia sudah kalah berulang kali.

"Mengenai alat terbaru yang kau berikan, kapan alat itu akan mengirimkan semua data yang dia dapatkan?" tanya Jack mengabaikan keluhan terakhir dari Roy.

"Data itu akan terkirim setiap tiga hari sekali, atau bisa juga setiap hari tergantung pengesetan yang kau gunakan, ada banyak pilihan yang ada di sana, satu bulan, satu tahun, atau satu minggu." Roy melempar stik PS begitu saja.

"Pengesetan? Aku mengesetkan berapa lama, ya?" tanya Jack bingung.

"Hah? Jadi kau menggunakannya tanpa melihat berapa lama pengesetan yang kau gunakan? Kenapa kau begitu bodoh?" tanya Roy kesal.

"Ya, aku tidak mengerti apa pun mengenai barang yang kau beri itu, bagaimana aku mengerti jika kau sendiri tidak memberikan petunjuk di dalam kemasan," sangkal Jack kesal.

"Kemarikan laptop atau komputer yang kau gunakan untuk mengeset alat itu." Roy mengisyaratkan tangan agar Jack memberikan apa yang dia inginkan.

Terkadang Roy sendiri heran dengan sahabatnya, dia pikir sahabatnya itu sangat hebat tidak memiliki celah sama sekali. Namun, sayangnya di balik kehebatan yang dia miliki Jack adalah orang yang malas untuk membaca semacam petunjuk yang ada di sebuah barang atau apa.

Roy memberikan alat yang dia buat pun bukannya asal memberikan. Sebenarnya dia sudah memberikan petunjuk penggunaan hanya saja karena Jack yang malas membaca sesuatu kecuali berkas yang berhubungan dengan perusahaan membuat lelaki itu menjadi orang bodoh yang pernah ada.

Jack kembali dengan membawa laptop miliknya dan memberikannya kepada Roy. Selama Roy mengotak-atik laptop itu pun hanya mampu menahan tawa, bagaimana tidak tertawa saat melihat bahwa pengaturannya adalah selama satu tahun, apa tidak gila jika seperti itu?sedangkan Jack sendiri malah sibuk dengan ponselnya.

"Kau benar-benar gila, bagaimana mungkin satu tahun, ini tidak akan berguna, saat sudah diterbangkan maka tidak bisa disetel ulang. Tidak akan berguna lagi, mending buang saja. Sebagai gantinya aku akan menyelidiki Eriska secara tuntas, tapi ada syaratnya, tenang saja kali ini bukan uang, kok." Roy menyerahkan kembali laptop Jack.

Jack melotot tidak percaya, kali ini alat Roy benar-benar terlihat seperti mainan dan dia tidak menyukai alat ini sudah membayar mahal malah tidak bisa digunakan lagi, benar-benar menyebalkan.

"Alat mainanmu benar-benar sudah tidak tertolong, ingatkan aku untuk membuangnya jika tidak berguna lagi. Katakan apa syaratnya!" ujar Jack kesal.

Roy mengacungkan jari telunjuknya. "Pertama berbaikanlah dengan Soraya, saat kau sudah berbaikan maka aku akan mencarikan informasi mengenai Eriska." Roy menambahkan jarinya satu sehingga menjadi dua, "dan kedua berjanjilah untuk membuka lembaran baru dengan Soraya jika hasil dari penyelidikan kali ini tidak bagus dan dia bermain curang di belakangmu." Roy melanjutkan perkataannya dengan penuh percaya diri.

Jack mengerutkan kening saat mendengar itu, apa Roy mengetahui sesuatu yang tidak dia ketahui? "Maksudnya, apa kau sudah mengetahui sesuatu tentang Eriska sebelum aku menyuruhmu mencari tahu tentangnya?"

"Tepat sekali, aku memiliki beberapa bukti dan hanya tinggal mencari tahu di mana dia akan melakukan sesuatu yang lain lalu kau melihat dengan kepalamu sendiri. Bagaimana dengan syaratku?" tanya Roy dengan senyum kebanggaannya.

"Tidak masalah, aku rela melakukan apa yang kau katakan kepadaku tadi. Hanya saja kenapa kau begitu peduli kepada Soraya apa perkataanmu waktu itu serius untuk mendekati Soraya?" tuduh Jack.

Mendengar itu Roy tertawa. "Mengejar Soraya? Itu tidak mungkin meskipun dia memiliki banyak kesamaan dengannya, aku tidak mungkin mengejar lagi, hati itu bukan milikku lagi pula milikku sudah tiada. Aku akan mencari wanita lain sebagai pendampingku nanti." Roy mengatakan itu dengan ceria.

Namun, Jack mengetahui bahwa hati lelaki itu pasti sakit. Roy tidak mungkin membicarakan orang itu dengan nada yang biasa saja seperti ini, Roy yang begitu mencintai calon istrinya di masa lalu tidak mungkin semudah itu melupakan kejadian yang merenggut nyawa calon istrinya.

"Aku minta maaf, andai kata saat itu aku datang tepat waktu dia tidak akan meninggal begitu saja sebelum hari pernikahan kalian," sesal Jack.

"Kenapa harus menyesal, dia pasti juga senang karena mampu melindungi rahasia kita, melindungi rahasia JN seluruh karyawan JN. Salahku juga karena menitipkan banyak informasi kepadanya. Ah, iya, malam ini ayo kita makan malam bersama aku yang traktir, penjualan barang baruku terjual laris di dunia dunia bawah, mereka banyak yang tertarik dengan produk kali ini." Roy antusias saat mengatakan itu.

Dunia yang dimaksud adalah pasar gelap, di mana Roy seringkali menjual barang buatannya.



JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK.

Semoga suka.

Salam sayang.
Author L.

19 Desember 2020

Noted: pecinta double up mana? Hari ini kita akan double up, loh.

Balas Dendam (COMPLETED) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang