Seorang wanita membuka pintu rumahnya dengan langkah tertatih, dia baru saja selesai bekerja, rasa lelah dan ingin segera istirahat tentu terasa.Langkah wanita itu terhenti saat dia hendak membuka pintu. Suara desahan laki-laki dan wanita lain terdengar dari dalam kamarnya.
"Adit, pelan sedikit, ughhh."
"Tidak bisa, Sayang, kita harus segera menyelesaikan semua sebelum dia kembali." Suara sang lelaki terlihat berat dan menahan desahan.
Menutup mulut tidak percaya dengan apa yang dia dengar saat ini. Membuka pintu dengan segera dan melihat apa yang terjadi di dalam. Seorang laki-laki yang bergumul panas dengan seorang perempuan. Ruangan yang remang-remang karena hanya cahaya dari luar jendela menerobos masuk.
"Aditya, apa yang kau lakukan?!" teriak wanita itu kepada seseorang yang bernama Aditya.
Orang yang dipanggil Aditya itu segera menoleh dan menemukan wanita yang berteriak tadi berlinang air mata. "Soraya," bisik lelaki itu sedikit tidak suka karena kesenangannya terhenti.
Benar, wanita yang baru saja memergoki seseorang sedang bercinta itu adalah Soraya Tatiana dan lelaki yang bernama Aditya adalah suaminya. Soraya berjalan mendekat dan terkejut saat melihat siapa wanita yang telanjang di bawah Aditya.
"Aditya, Sonya, apa yang kalian lakukan? Aku ini istrimu dan Sonya aku adalah sahabatmu, kenapa kalian melakukan ini?" Air mata terus bercucuran dari mata Soraya.
Wanita bernama Sonya bangkit setelah Aditya menyingkir dari atasnya dan kembali mengenakan baju dengan tenang. Berjalan menghampiri Soraya yang sedang menangis sesegukan.
"Kenapa? Kau bilang kenapa? Menurutmu karena apa?" Sonya berdiri dengan angkuh di hadapan Soraya.
"Sonya, jangan sakiti dia. Setelah ini kita akan hidup bersama, jadi, untuk apa kita harus bersusah payah membuat dia menderita terus menerus. Dia hanya alat untuk melahirkan anakku, tapi sampai sekarang dia tidak kunjung hamil." Aditya berucap dengan santai sembari mengenakan celana miliknya.
"Alat melahirkan anak? Apa aku serendah itu? Selama ini ucapan cinta yang kau ucapkan apa itu semua bohong?" Soraya menutup mulutnya dan menyentuh perut.
"Ya, semua itu bohong. Aku berbohong mencintaimu, aku berbohong ingin hidup selamanya bersamamu, nyatanya adalah aku hanya ingin kau mengandung anakku."
Soraya menjatuhkan dirinya di lantai saat itu. "Sekarang tanda tangani surat dan pergi dari sini!" ujar Aditya dan melempar surat perjanjian hak harta gana-gini yang dia ambil dari laci di dalam kamar itu. Surat yang menjelaskan bahwa Soraya hanya menerima beberapa persen dari harta didapat oleh Aditya selama menikah jumlah itu tentu saja tidak besar hanya, tidak sebanding dengan yang didapat selama satu tahun pernikahan.
Soraya berdiri dan menggeleng. "Aku tidak mau!" Soraya sedikit menjauh dari jangkauan Aditya juga Sonya.
"Kalau kau tidak mau aku akan memaksamu. Sonya pegang tangannya, kita akan memaksa wanita ini untuk bertanda tangan!"
Sonya pun menurut dan memegang tangan Soraya, memberontak dan terus memberontak hingga kesabaran Aditya berada di ujung tanduk. Merasa usahanya sia-sia Aditya melempar Soraya sehingga menabrak meja rias yang berada di sana. "Kau benar-benar wanita yang merepotkan!"
Aditya mendekati Soraya yang kesakitan dan memegang perutnya, perutnya terkena meja dengan keras. "Anakku," lirih Soraya pelan sembari meringkuk kesakitan, darah yang keluar benar-benar tidak terkira.
Tanpa memperdulikan Soraya yang kesakitan dia memaksa Soraya untuk menandatangani surat yang dibawa olehnya tadi. "Sekarang kau bisa pergi." Dengan senyum kepuasan Aditya meninggalkan Soraya yang sudah tidak sadarkan diri. Namun, langkahnya terhenti saat tidak melihat Soraya yang bergerak dari tempatnya. Darah pun semakin banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Balas Dendam (COMPLETED) ✓
Romantizm(Cerita ini sudah ending, jangan lupa follow dan jangan lupa juga dukungannya) Ketika sahabat terbaik mulai merebut suami tercinta dan membunuh anak yang baru berada di dalam kandungan. Siapa pun pasti akan merasakan amarah yang tidak terkira. Begi...