BD- 11 (Serangan)

18.2K 1.1K 25
                                    

Beberapa hari kemudian.

Kni Soraya bekerja dengan Jack cukup lama. Menjadi sekretaris pribadi lelaki itu sama sekali tidak ada yang enak. Meski Jack baik, tetapi kadang dia juga menyebalkan karena selalu sengaja membuat kesalahan dan memberikan kepada Soraya.

Seorang laki-laki masuk dan mengernyitkan dahi saat melihat Soraya yang sibuk di kursinya. "Bos. Aku datang membawa buktinya. Jangan lupa bonus yang dijanjikan." Suara nyaring dan ceria.

Soraya juga Jack mengangkat wajah untuk memperhatikan siapa yang bicara. Seorang laki-laki dengan baju santai, celana pendek rambut acak-acakan, mata yang tajam, juga bibir mungil. Meski wajahnya terbilang lumayan tetap saja tidak menutupi sikap malas karena rambutnya yang acak-acakan seperti itu.

"Biar aku lihat lebih dulu." Jack mengulurkan tangan.

"Cih, selalu seperti itu. Tidak pernah percaya kepadaku. Asal kau tahu, Bos. Demi bonus lima jutamu aku rela tidak tidur dua hari hanya untuk mencari bukti ini. Ngomong-ngomong siapa gadis cantik yang berada di sana itu?" Lelaki itu yang tidak lain adalah Roy pun berbisik di akhir kalimat.

"Soraya. Buatkan minuman untuk kucing yang tidak pernah mandi, ini." Jack mengatakan itu dengan tidak berekspresi.

"Baik, Tuan."

"Mana ada aku tidak mandi. Aku selalu mandi tiga kali seminggu, eh, nggak, deh, tiga kali sekali. Seperti minum obat." Roy yang tidak terima pun menyangkal semua itu. Namun, Soraya sudah tidak mendengarnya.

"Mandi satu kali sehari saja sudah untung. Masih bicara mandi tiga kali sehari, benar-benar omong besar saja."

Jack memeriksa berkas yang diberikan oleh Roy dan tersenyum puas saat melihat isinya. Sesuai dengan keinginannya. Jack mengambil amplop cokelat dari dalam lacinya dan memberikan kepada Roy.

"Ini bonusmu. Aku akan mengirim uang bulananmu awal bulan nanti seperti biasanya." Jack tersenyum bangga.

Sedangkan Roy terlihat antusias saat mengambil amplop itu dan menghitungnya.

"Kau memang selalu yang paling mengerti diriku ini. Aku selalu mencintaimu." Roy bangkit dan memeluk Jack dengan senyuman lebar.

Jack memberontak ingin melepas. Namun, semua itu gagal saat Soraya sudah masuk lebih dulu. Wajah canggung terlihat jelas di wajah Soraya, tetapi ditutupi dengan wajah datar.

"Maaf menganggu. Tolong anggap saja bahwa aku tidak melihatnya."

"Heh? Bos pecinta sesama jenis? Yang benar saja? Sayang sekali padahal mereka itu tampan-tampan, tapi kenapa mereka menyukai sesama jenis?" batin Soraya

"Eh, aku rasa kamu salah paham, Nona." Roy yang melihat itu buru-buru melepas pelukannya dan mengejar Soraya.

"Maaf, saya tidak melihat apa-apa." Soraya memalingkan wajahnya.

Sedangkan Jack memijit kepalanya melihat sikap Roy dan Soraya.

"Hah? Jelas-jelas kau melihatnya! Aku dan dia tidak memiliki hubungan apa-apa, apa kau ini tidak percaya? Maka ayo aku buktikan di atas ranjang, mau berapa ronde? Satu, dua, tiga, atau seratus ronde?" Roy dengan lantang menyangkal itu.

Wajah Soraya mendadak bodoh mendengar itu. Di atas ranjang? Seratus ronde? Ingin rasanya dirinya tertawa mendengar itu.

"Jika seratus ronde maka santanmu akan habis dan mati lebih dulu," ejek Soraya sambil membuka pintu dan keluar dari ruangan Jack.

Wajah Roy yang syok cukup membuat Jack tersenyum puas.

Sedangkan Soraya meletakkan minuman yang ia bawa tadi.

Balas Dendam (COMPLETED) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang