BD- 21 (Kekacauan)

13.1K 873 6
                                    


Soraya melongo tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Orang yang dia temui dan orang yang mentraktirnya makan waktu itu adalah ibu dari Jack?

Wanita yang menyadari siapa yang dibawa oleh anaknya itu pun juga tidak kalah kagetnya dengan apa yang dilihat saat ini.

"Soraya, ya ampun. Sangat tidak disangka, memang kalau sudah jodoh mau bagaimana lagi. Ayo, duduk sini sembari menunggu makan malam siap." Wanita paruh baya itu tersenyum lebar dan menghampiri Soraya.

Sedangkan beberapa orang yang berada di sana pun saling memandang kebingungan saat nyonya rumah mendadak sangat menerima orang baru.

"Ah, baiklah. Kali ini berhenti bersikap formal kepadaku, kita sebentar lagi akan menjadi keluarga." Wanita itu berucap dengan ramah dan penuh kasih sayang seperti pertama kali bertemu.

Ingglid Nichole wanita paruh baya yang ditolong oleh Soraya. Soraya benar-benar tidak menyangka bahwa dunia itu begitu sempit karena dipertemukan dalam situasi yang seperti ini. Ada setitik rasa sedih karena dia datang ke sini untuk membohongi orang sebaik Ingglid.

Jack masih mematung di tempatnya, fakta bahwa Soraya mengenal ibunya cukup membuat sebagian dari dirinya takut bila keputusannya kali ini adalah sebuah kesalahan. Ia takut suatu saat membuat kecewa ibunya hingga titik terendah wanita yang dia sayangi dan cintai itu.

"Apa aku salah mengambil langkah kali ini? Apa semua akan baik-baik saja nanti?" Jack benar-benar cemas kemungkinan yang dia takutkan kali ini.

Ingglid dengan antusias menceritakan pertama kali mereka bertemu. Soraya hanya mampu tersenyum kikuk saat wanita itu semangat sekali bercerita.

"Mama berhenti bercerita terus menerus. Kakak Ipar tidak memiliki kesempatan untuk berbicara." Seorang gadis cantik menginterupsi sesi cerita dari Ingglid.

"Ah, maaf. Aku begitu semangat saat melihat calon menantuku adalah dia, aku dulu ingin mengenalkannya kepada Jack, tapi sayangnya aku mendengar bahwa Jack sudah memiliki kekasih, alangkah baiknya bila aku melihat dulu seperti apa kekasih Jack itu." Ingglid menatap Soraya dengan intens.

"Namamu siapa, anak muda? Aku seperti tidak asing dengan wajahmu." Tuan rumah mulai angkat bicara.

Soraya tersenyum kikuk saat mendengar itu. Dia sudah bertemu dengan Richardo saat itu. "Ya, kita sudah bertemu sebelum ini Tuan Nichole. Saya adalah wanita yang Tuan bawah untuk bertemu dengan Jack waktu itu." Soraya berucap dengan formal.

"Ah, pantas saja wajahmu terlihat tidak asing. Aku tidak menyangka bahwa kau adalah calon menantuku, waktu itu kita tidak saling mengenal. Kali ini aku tidak akan mengenalkan diri secara resmi, kau bisa memanggilku Ayah. Sebentar lagi juga kita akan menjadi keluarga tidak bagus bila tetap memanggil seformal itu," ujar Richard ramah.

"Kakak Ipar namamu siapa?" Wanita muda yang menginterupsi Ingglid tadi mulai bertanya lagi.

Kali ini Jack duduk seperti orang asing yang tidak dianggap. Ada beberapa orang juga yang termasuk keluarga dekat, mereka adalah adik dari Richard, mereka sedari tadi hanya diam dan bungkam.

"Soraya Tatiana," jawab Soraya.

"Oh, Soraya Tatiana. Mantan istri dari Aditya Rahardian, sangat tidak bagus bila keluarga besar Nichole mengambil menantu seorang janda sepertinya. Sepertinya juga baru beberapa bulan lalu dia bercerai dari suaminya, baru bercerai pun dia sudah terkena skandal mencuri uang suaminya dan memalsukan surat tanah. Alangkah baiknya bila tidak membiarkan orang seperti itu masuk ke dalam kelurga kita." Adik dari Richard pun mulai angkat bicara tentang status dari Soraya.

"Memangnya kenapa bila dia seorang janda?" Jack mulai angkat bicara.

Entah kenapa dirinya tidak suka bila ada orang yang memandang rendah seorang janda seperti itu. Sejak dulu Jack tidak menyukai adik dari ayahnya itu.

"Tentu saja semua itu akan menimbulkan masalah untuk keluarga Nichole. Seperti Kakak Ipar dulu yang mempermalukan keluarga Nichole hingga tidak tersisa. Menjadi menantu keluarga Nichole dengan dua orang anak, mencoreng wajah Kakek hingga tidak tersisa dan membuatnya meninggal." Suami yang duduk di samping lelaki itu hanya diam tidak berkomentar apa pun.

"Bibi, berhenti mengungkit masa lalu!" Wanita muda tadi mulai angkat bicara.

Sedangkan Ingglid menundukkan kepala saat mendengar itu. "Daniela, jangan berani bicara dengan nada tinggi kepada istriku!" Akhirnya sang suami dari wanita tadi pun angkat bicara.

"Paman, jika tidak ingin ada orang yang bicara dengan nada kasar kepada Bibi, lebih baik paman ajari Bibi untuk menjaga mulutnya saat berbicara." Jack pun juga angkat bicara.

Wanita tadi berdiri dan tersenyum masam. "Sepertinya aku tidak diinginkan lagi di sini, Kakak. Aku akan pulang dan makan di luar, ayo Brendon, suasana seperti ini sangat tidak cocok untuk kehamilanku."

"Febri, tunggulah sebentar kita semua akan makan malam bersama." Richardo menahan sang adik.

"Tidak, Kakak. Anak dan istrimu tidak menyukaiku berada di sini, andai Kakak memiliki anak sendiri dia pasti juga tidak akan menyukaiku juga," ujarnya sinis dan berlalu.

"Jangan mengolok kakakmu sendiri dengan kata-kata itu, Febri! Selama ini aku sudah cukup diam saat kau selalu tidak menyukaiku, hanya saja jangan menghina kekurangan kakakmu! Pergilah dan jangan kembali lagi jika kau datang hanya untuk menghina suamiku!" Ingglid berbicara dengan tegas dan emosi.

"Ingglid, Febri adalah adikku. Tidak baik kamu berbicara seperti itu." Richardo tidak terima dengan ucapan Ingglid.

"Lihatlah, Kakak. Aku sudah tidak diterima di keluargamu, semoga kau selalu sehat, aku harus pergi." Febri pun pergi dan meninggalkan ruang tengah.

"Dia menghinamu, Rich, dia tidak pantas untuk disebut sebagai seorang adik!" Ingglid merasa tidak percaya dengan apa yang didengarnya kali ini.

"Aku tahu, tapi semua itu adalah fakta. Aku tidak bisa memiliki keturunan, itu bukan ejekan itu adalah fakta. Sudahlah, kita berbicara hal lain saja, sangat tidak baik membicarakan ini saat calon menantu kita ada di sini. Soraya maafkan aku atas kekacauan kali ini." Richardo mencoba untuk mencairkan suasana.

"Tidak apa, Tuan. Ini semua salah saya, andai saya tidak datang kemari maka semua ini tidak akan terjadi." Soraya menundukkan kepala.

"Ini semua bukan salahmu. Jika tidak terjadi saat ini maka akan terjadi di lain waktu. Sudahlah, kita makan malam saja, aku akan melihat apa masakannya sudah selesai." Ingglid berdiri dan meninggalkan keluarganya yang saling berdiam diri kali ini.

"Daniela, bagaimana dengan kuliahmu?" tanya Jack membuka percakapan baru.

"Lancar, Kak. Semua berjalan dengan lancar, aku juga sudah memiliki banyak teman," jawabnya dengan riang.

"Bagus! Kuliahlah dengan benar dan jadilah seperti kakakmu, jika kamu sudah lulus maka aku juga akan membuatkan perusahaanmu sendiri." Richard berucap dengan senyuman hangat.

Soraya mematung mendengar itu. Richardo Nichole adalah orang yang baik dan penyayang, dia ingin mendapatkan seorang ayah yang seperti itu di kehidupan yang selanjutnya.

"Baik, Ayah! Aku pasti akan bekerja keras agar mendapat nilai yang bagus selama masa kuliah. Ah, iya aku hampir lupa untuk mengenalkan diri kepada Kakak Ipar. Kakak Ipar aku adalah Adik iparmu, Daniela Nichole," ujar Daniela dengan senyuman lebar.

Senyum kecil tercetak di wajah Soraya, dia membawa tangannya menuju kepala Daniela yang berada di samping kirinya. Jack berada di sofa single sedangkan Ingglid tadi berada di samping kanannya. Richardo sendiri berada di sofa single yang berada di seberang Jack.

"Nama yang cantik seperti orangnya," puji Soraya.



Jangan lupa tinggalkan jejak.

Salam sayang

Author L

23 November 2020

Balas Dendam (COMPLETED) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang