PROLOG

5.4K 235 24
                                    

Di saat yang lain selalu menjauhiku karena kekuranganku. Kamu malah mendekatiku dan menerima kekuranganku dengan tulus.

-Bumi Shafira-

Suara sorakan begitu jelas di telinga Bumi. Gadis kecil yang baru saja menduduki bangku taman kanak-kanak itu menundukkan kepalanya dengan takut.

“Yee. Udah gede, kok, masih cadel. Cengeng lagi. Hahah.”

“Udah gitu, belum pinter berhitung. Bodoh banget sih kamu.”

“Badannya juga Bulet kek namanya. Hahaha.”

Tak tahan lagi dengan sorakan yang begitu menyakitkan dari teman-temannya. Dengan segera Bumi pergi dari sana dan pergi entah ke mana.

Di sepanjang perjalanan, Bumi selalu saja menangis. Air matanya itu seolah sedang bocor. Hinga tidak henti-hentinya mengeluarkan air mata.

“Umi ndak cadel. Kata mama Umi anak pintal. Meleka semua jahat. Umi ndak suka.” Bumi terus meracau seraya berlari.

Hingga tanpa sadar ia sudah ada di tengah-tengah jalan raya dan ada satu mobil yang sedang melaju dengan cepat dari arah kanan. Membuat anak laki-laki yang sedang mengenakan baju merah putih itu berteriak.

“AWAS ADA MOBIL!”

Dengan keberanian. Anak laki-laki itu mendorong tubuh Bumi ke bahu jalan. Hingga membuat Bumi dan anak laki-laki dengan seragam merah putih itu terjatuh dan berguling ke arah pinggir jalan.

Terdapat luka di dahi anak laki-laki itu. Namun tidak ia hiraukan. Anak laki-laki itu lebih mengkhawatirkan perempuan bertubuh gembul dengan seragam khas ana TK.

“Kamu gak apa-apa? Ada yang luka, nggak?”

Bumi mengerjapkan matanya. Ia masih syok dengan kejadian yang baru saja ia alami tadi.

“Kamu gapapa? Lain kali jangan nyebrang sembarangan, ya. Kata Bunda, nanti bisa ke tabrak truk kalau nyebrang sembarangan,” katanya lagi.

Bumi menatap anak laki-laki yang ada di depannya ini dengan takut. “Kamu pasti mau ngejek Umi, kan? Kalna Umi itu ndak bisa belhitung dan cadel?”

Anak laki-laki itu menggeleng. “Aku nggak mau ngejek kamu, kok. Emang siapa yang udah ngejek kamu kaya gitu?”

“Meleka. Umi gak suka.”

“Kalau aku, kamu suka?” tanya anak laki-laki itu.

Bumi diam sejenak. Lalu ia mengangguk dengan antusias. “Umi suka! Soalnya kamu ganteng kaya Papa.”

Anak laki-laki itu terkekeh melihat Bumi yang sedang tersenyum begitu menggemaskan. Terlebih lagi pipi chubby yang ingin sekali ia gigit karena saking gemasnya.

“Kamu jangan sedih lagi, ya. Orang kaya mereka lebih baik nggak usah di temenin. Mending temenan sama aku aja.”

Bumi mengangguk. “Umi ndak sedih lagi, kok. Kan, udah ada pangelan ganteng. Makasih, ya, udah nyelametin Umi tadi.”

Anak laki-laki itu mengangguk dan tersenyum. “Ayo kita ke taman. Soalnya mau aku kenalin ke Bunda aku.”

-TBC-

Jangan lupa, komen dan vote kalau kamu suka❤

Jangn jadi siders, karena Maw tidak like💔

Buku : Bumi untuk Kumara (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang