BUKU || BAB 14

894 67 1
                                    

Tugas itu harusnya di kerjain. Biar kapok dan enggak akan datang lagi.

-Bumi si bijak-
.
.
.

BAB 14. APA KABAR JANTUNG?

🌏🌏🌏

“Untuk hari ini tugas kalian adalah membuat satu desain poster untuk anniversary sekolah. Buat desain poster semenarik dan sebagus mungkin agar poster kalian mendapatkan nilai yang tinggi dan juga terpilih untuk di pakai di aniversary sekolah bulan depan,” terang Bu Selasa kepada anak Multimedia satu.

“Nanti tugasnya kalian kumpulin di salah satu flashdisk dan Aldi kamu yang kumpulin tugas ini di meja saya, ya.” Bu Selasa melanjutkan ucapannya sembari menatap Aldi yang sedang sibuk mengelap kacamata miliknya.

Aldi yang sedang membersihkan kacamata miliknya mendongak, menatap Bu Selasa dan mengangguk mengiyakan.

“Kalau begitu, Ibu tinggal dulu, ya. Lagi ada urusan. Jalan-jalan, makan atau mau minum di kelas juga boleh, asalkan jangan berisik dan tugasnya di selesaikan sebelum jam pelajaran saya selesai. Mengerti?”

Semua murid mengangguk kompak. “Mengerti, Bu,” seru seluruh murid Multimedia satu.

Setelah Bu Selasa keluar dari kelas. Seketika kelas Multimedia satu menjadi riuh. Bahkan mereka tidak menghiraukan ucapan Bu Selasa untuk tidak berisik di kelas.

“Susu kedelai udah ready, nih. Ada banyak varian rasa, ada rasa original, ada rasa strawberry, terus ada rasa pandan, rasa coklat juga ada, bahkan rasa yang pernah ada juga tersedia di Mail Milk. Ayo kuy lah di pilih.”

“Ali gue nanti pinjem laptop lo, ya?”

“Ada yang bawa charger? Gue pinjem.”

“Ada yang mau nitip makanan, nggak? Gue mau ke kantin, nih.”

“Lab Multimedia yang ada di lantai dua kepakai enggak? Gue mau ke sana soalnya. Sekalian ngadem.”

“Malka! Gue izin mau ngapelin gebetan dulu ke kelas dua belas.”

Yang terakhir itu, suara teriakan dari Bumi. Tidak ada kapok-kapoknya memang. Sudah ditolak berkali-kali, tetapi masih tetap kekeuh untuk mengejar Kumara.

“Enggak! Lo di sini aja. Enggak usah pergi kelayapan ke kelas TKR.” Malka yang sedang duduk di samping Aldi itu dengan tegas melarang Bumi untuk keluar kelas.

Mendengar itu membuat Bumi yang tadi sudah berada di ambang pintu, kini kembali menuju bangkunya.

“Ihh! Emak jahat banget! Tadi, si Gotik aja di izinin pergi ke kantin. Masa gue yang mau ngapel kaga di ijinin sih!” protes Bumi yang tidak terima dengan larangan Malka untuk tidak ke kelas Kumara.

“Kalau Gotik, kan, perginya cuman ke kantin Bu Wati aja. Masih ada di lantai dua. Jadi, masih aman. Sedangkan kelas Kumara itu ada di lantai satu, itu gak aman Shafi. Apalagi nanti ketahuan guru yang lagi ngajar? Bisa bahaya!” jelas Malka.

Benar kata Malka, kalau Bumi nekat, nanti bisa bahaya! Baiklah, lebih baik ia menuruti perkataan Malka saja.

Bumi kembali ke bangkunya. Ia duduk dengan lesuh seraya menyalakan laptop miliknya.

“Gak jadi ngapel lo?” sindir Shaula yang sedang fokus berkutat dengan laptopnya itu.

“Gak. Enggak dibolehin sama emak.” Shaula terkekeh mendengarnya.

Buku : Bumi untuk Kumara (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang