BUKU || BAB 40

883 41 0
                                    

Kamu abadi di dalam karya yang aku tulis. Meski, ini sudah sangat terlambat. Aku cuman mau bilang, kamu adalah duniaku sekaligus cahaya untukku. Maaf.

🌎

Hubungan antara Shaula dan juga Bumi kini mulai membaik. Kesalahpahaman antara mereka berdua sudah diselesaikan dengan baik-baik dan Shaula mengaku bahwa selama ini dia sudah terhasut omongan seseorang yang mengatakan bahwa Kumara adalah lelaki brengsek dan suka main perempuan membuat Shaula sebagai sahabat tidak setuju jika Bumi dekat dengan Kumara.

Shaula tidak benar-benar menyukai Kumara karena perempuan itu saat ini bahkan sudah memiliki kekasih. Mengenai Ali, ternyata juga tidak benar-benar menyukai Bumi karena selama ini pria itu menyimpan rasa terhadap sahabat Bumi yaitu Shaula.

Bumi sedikit tidak menyangka bahwa hidupnya ini penuh kejutan. Lebih parahnya lagi, orang yang Bumi sudah anggap sebagai kakak Bumi sendiri ternyata dalang kerumitan yang selama ini telah terjadi dalam kehidupan Bumi.

Perempuan itu kini sudah berada di depan Bumi. Bahkan, tidak ada rasa bersalah sedikitpun di sana. Tenang, seolah tidak terjadi apapun.

“Gue suka sama Kumara. Jauh sebelum lo suka dia. Gue gak ngerti kenapa mereka suka sama cewek tolol kaya lo,” ujar perempuan itu, menatap Bumi sinis.

“Lo cewek naif, bahkan gak sadar kalau gue udah buat sahabat lo berada di pihak gue,” sambung perempuan itu yang kini membuat Bumi melemparkan ingatannya pada beberapa waktu kebelakang.

Shaula.

Gotik.

Ali.

“Gue gak tahu kenapa lo berubah menjadi orang berbeda seperti ini, Iren.”

“Gue berubah karena lo, lo yang udah ambil semuanya dari gue, baik Kumara maupun Bang Byan.” Iren tiba-tiba tertawa, air matanya seketika turun membuat Bumi panik seketika.

“Tapi, ternyata gue kalah. Gue gak mungkin bisa bersama Kumara, selain lo sebagai penghalang, keluarga gue juga gak setuju gue suka sama sepupu gue sendiri.” Iren mengusap air matanya. “Gue minta maaf untuk semuanya. Bahkan gue pernah nyuruh Cantika untuk mengubah file presentasi lo dengan foto yang tidak pantas untuk dilihat dan ya ... lagi-lagi Kumara melindungi lo dengan cara diam-diam nyuruh temen sekelas lo untuk hapus foto itu.”

“Kumara secinta itu sama lo, jangan pernah ngeraguin  perasaan Kumara. Meskipun seandainya nanti Kumara tiba-tiba memutuskan sesuatu yang bikin lo sakit hati. Kumara dan pikirannya memang sulit untuk ditebak.”

Itu adalah percakapan terakhir Iren dan Bumi sebelum memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing. Sesampainya di rumah, Bumi sudah merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

Satu notifikasi muncul di layar ponsel milik Bumi. Diraihnya ponsel itu, lalu bibir Bumi tanpa diminta tertarik ke atas.

Uma❤️
Jalan yuk!

Setelah menerima pesan tersebut kurang dari sepuluh menit. Bumi sudah bersiap dengan rapih. Bumi memutuskan untuk menerima tawaran tersebut. Tidak ada salahnya pergi malam-malam begini.

“Kak Bum! Ada Mas Kuma di bawah!” teriak Jupiter.

Bibir Bumi sudah membuat lengkungan yang terlihat cukup manis. Di depan kaca, Bumi sudah berulang kali memastikan bahwa penampilannya cukup baik untuk kencan pertama setelah tiga bulan mereka berpacaran. Ah. Bolehkah Bumi sebut ini kencan?

Langkah Bumi terayun menuju Kumara yang sedang duduk di sofa panjang bersama Langit. Berpamitan kepada Langit juga Jupiter, Bumi dan Kumara berjalan beriringan menuju mobil milik ayah Kumara yang sengaja Kumara pinjam.

Buku : Bumi untuk Kumara (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang