Kamu manis pakai jaket itu, tapi sayang bukan aku pemberinya.
-A-
.
.
.BAB 19. ADA APA DENGAN ALI?
🌏🌏🌏
“Oke, semuanya sudah mendapatkan tugas masing-masing? Jika sudah, maka kita tinggal melakukan take gambar setelah naskahnya sudah selesai. Mengerti?”
Suara Bu Selasa terdengar begitu merdu di tengah senyapnya ruang studio foto ini.
Semua murid yang mengikuti ektrakurikuler Senimatografi dari kelas dua belas sampai sepuluh pun turut hadir. Dengan kompak mereka menganggukan kepala sembari membalas ucapan Bu Selasa.
Setelah ektrakurikuler Senimatografi selesai, Bumi pun keluar dari ruang studio foto bersamaan dengan Mita dan Ali.
Melangkah bertiga di koridor sekolah yang terlihat sepi. Tatapan Bumi tidak henti-hentinya menyapu seluruh penjuru koridor.
Seketika langkah kaki mereka terhenti ketika Mita bertitah untuk menghentikan langkah kaki mereka.
“Ada apa Mit?” Bumi bertanya serius. Menampilkan mimik wajah penasaran ke arah Mita yang berada di tengah-tengah antara dirinya dan juga Ali.
“Ini, si Al. Katanya lagi ada di kafe Balikan sama anak-anak yang lain.” Mita menjawab sembari membalas pesan Aldi.
Menoleh ke arah Bumi dan Ali secara bergantian. “Mau ke sana? Atau langsung pulang aja?”
“Gue ....” Bumi menggantungkan ucapannya karena tiba-tiba saja ponsel Bumi berdering nyaring.
Diraihnya ponsel dari saku seragam miliknya. Tertera di sana terdapat nama Kumara.
Menggeser tombol hijau. Lalu ia arahkan ponsel miliknya ke arah telinga.
“Hallo, ada apa, Ma?” Bumi membuka obrolan dengan senyum ceria.
Terdengar decakan dan kalimat istighfar dari seberang sana. “Assalamu'alaikum.”
“Waalaikumsalam,” balas Bumi.
“Biasa, kan, ucap salam dulu. Jangan asal hallo, hai aja.” Kumara menasehati Bumi dengan sabar.
Bumi terkekeh mendengarnya. Perempuan itu menoleh ke arah Ali dan Mita. Menjauhkan ponselnya dan berbisik lirih, “Gue ke sana dulu, ya. Ada telfon penting soalnya.”
Menunjuk ke arah depan yang hanya berjarak beberapa meter saja.
Mita mengangguk mengiyakan. Sedangkan Ali pria itu hanya diam seraya menatap Bumi lekat.
Bumi menjauh dari Ali dan Mita. Mita menoleh ke arah Ali yang kini sedang menatap Bumi. Jarak antara Bumi dan mereka berdua tidak lah jauh.
“Lo segitunya banget natap Shafira.” Mita berkomentar tepat sasaran. Entah perasaan Mita saja atau memang fakta, Ali sepertinya menyimpan sesuatu dari Bumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku : Bumi untuk Kumara (Selesai)
Teen Fiction"Aku akan pergi jika itu yang kamu mau. Namun, maaf. Aku tidak akan kembali meski kamu yang menginginkannya." Perjuangan Bumi untuk mendapatkan hati Kumara selalu saja berakhir gagal total. Selalu ditolak dan berakhir sia-sia tidak juga membuat sema...