BUKU || BAB 23

888 54 13
                                    

Dia Cahaya gue

-Kumara Ransi-
.
.
.

BAB 24. TERNYATA OH TERNYATA

🌏🌏🌏

Kumara menatap lapangan dengan tatapan kosongnya. Harinya terasa kosong dari kemarin. Seperti ada sesuatu yang hilang, namun entah apa.

Mengambil napas panjang, Kumara kini menunduk lesuh. Beristighfar berulang kali guna menghilangkan rasa gelisah yang sedari tadi terus terasa.

"Kenapa lo? Lesu gitu mukanya," tanya El dengan bola basket di tangannya.

Duduk lesehan di depan Kumara lalu menyambar satu botol air mineral yang ada di samping laki-laki dengan baju olahraga.

"Seger," cicit El setelah tegukan pada air mineral itu selesai. Membuang botol minuman itu ke sembarang arah membuat Kumara berdecak. "Jangan buang sampah sembarangan. Gak baik."

"Biarin, sih. Entar juga ada yang beresin." Dengan tidak acuhnya El menjawab.

Sebelum Kumara membalas ucapan El, suara menggelegar milik seseorang lebih dulu terdengar.

"El! Udah berapa kali gue bilang! Buang sampah itu ke tempat sampah!"

"Ribet lo jadi mantan." El memandang perempuan keriting itu dengan malas. Meski dalam lubuk hatinya masih ada perasaan lama yang sampai saat ini masih hinggap di sana.

Memungut botol air mineral, lalu mendekat ke arah El yang sedang duduk dengan tenang tanpa ada rasa bersalah.

Kumara yang melihat itu hanya menggeleng saja. El dan perempuan keriting itu selalu saja bertengkar jika bertemu.

Entah mereka masih ada rasa, atau ada dendam di antara mereka.

"Beresin cepet! Atau gue bilang Pak Bejo, iya?" ancam perempuan keriting itu.

Mau tidak mau akhirnya El menurut, memungut satu botol yang sempat ia buang tadi, lalu ia taroh ke dalam tempat sampah yang ternyata tidak jauh dari tempatnya berdiri.

"Nah, gitu. Jadi mantan itu harus nurut, El," katanya. Membuat El berdecak kesal.

"Ketimbang lu ngerepotin gue mulu, mending pergi deh, Tin. Noh, lo dicariin Alien bermata empat," kata El. Sontak perkataan El, membuat mata Titin membola.

"Serius?"

El, mengangguk malas. Diam-diam laki-laki itu mencibir sikap sang mantan. Bertanya-tanya dalam hati, mungkinkah hanya dirinya saja yang masih ada rasa?

"Kalau begitu, gue mau ke kelas Ali." Titin perempuan keriting itu berseru senang. Mengambil langkah cepat ia berjalan menuju lantai dua.

Namun, tiba-tiba langkahnya berhenti. Menepuk jidatnya dengan keras sampai meringis. Titin membalikkan badannya dan kembali memasuki lapangan.

Melihat Titin kembali, alis kanan El terangkat. "Kenapa lagi tuh cewek," tanya El kepada Kumara yang kini sedang membuka aplikasi TokTok.

Mengangkat bahunya, Kumara menjawab dengan cuek. "Mana gue tahu, lo kan mantannya."

"Kak!" panggil Titin. Tentu saja itu ditujukan untuk Kumara.

Buku : Bumi untuk Kumara (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang