Bilangan Biner itu hanya berisi angka 1 dan 0, sama halnya seperti kita yang hanya berisi aku dan kamu.
-Bumi Shafira-
.
.
.BAB 1. DITOLAK LAGI?!
🌍🌍🌍
Perempuan memiliki rambut coklat pirang itu sedang belari menyelusuri koridor sekolah. Ia belari tanpa menghiraukan tatapan dan bisikan yang dilontarkan oleh anak dari jurusan teknik komputer jaringan padanya.
Ia belari ke arah bengkel anak teknik yang berada tidak jauh dari lab TKJ.
Sesampainya di sana, ia membenarkan rambutnya yang sudah berantakan. Serta membersihkan wearpack miliknya yang sedang ia kenakan. Karena baru saja dari lab Multimedia.
Dengan senyum merekah. Ia menunggu anak teknik keluar dari bengkel atau tempat prakteknya anak teknik.
“Widih si Shafi udah standbye aja di sini. Mau cari Kuma?”
Perempuan dengan rambut coklat agak kepirangan itu menoleh ke arah sumber suara.
Terlihat cowok dengan tubuh tinggi yang wajah serta tangannya sudah di penuhi oleh oli. Cowok itu pun menghampiri perempuan manis berambut coklat dengan wearpack bertulis MULTIMEDIA di belakangnya.
Perempuan bername-tag Bumi Shafira ini mengangguk. Lalu ia mengangkat satu botol minuman yang ada di tangannya.
“Biasa. Nganter minuman buat Kuma.”
Cowok yang di ketahui bernama El ini mengangguk paham. Karena itu adalah salah satu rutinitas dari seorang Bumi Shafira untuk memberi minuman atau makanan kepada Kumara—salah satu anak teknik dari kelas dua belas.
“KUMA! ADA SI SHAFI, NIH!” teriak salah satu teman Kuma yang baru saja keluar dari bengkel. Dia bernama Mizar.
Kuma yang mendengar itu pun keluar dengan raut wajah malas.
“Ngapain?” tanya Kuma to the point.
Dengan segera Bumi menyodorkan botol minuman ke arah Kumara. “Ini. Lo pasti haus setelah praktek tadi.”
Kumara mengambil botol minum dari Bumi. Lalu ia membukanya untuk ia minum.
“Thanks.” Kumara berujar setelah ia sudah meneguk minuman itu dengan tandas.
Meskipun Kumara tidak menyukai Bumi. Namun, ia tetap menghargai pemberian dari seseorang. Termasuk Bumi.
“Minumannya udah gue minum. Terus lo ngapain masih di sini?” tanya Kumara.
Bumi senyum-senyum tidak jelas di depan Kumara. Lalu ia teringat sesuatu.
“Kuma, ayo kita pacaran!” seru Bumi membuat El tersedak karena terkejut.
"Sorry, gue gak bisa pacaran sama lo." Kumara berucap dengan santai karena ia sudah tahu akhirnya akan seperti apa jika seorang Bumi Shafira menghampiri dirinya.
"Kenapa?"
"Pacaran itu dosa. Masa iya calon ustad pacaran. Nggak like aku tuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku : Bumi untuk Kumara (Selesai)
Novela Juvenil"Aku akan pergi jika itu yang kamu mau. Namun, maaf. Aku tidak akan kembali meski kamu yang menginginkannya." Perjuangan Bumi untuk mendapatkan hati Kumara selalu saja berakhir gagal total. Selalu ditolak dan berakhir sia-sia tidak juga membuat sema...