BUKU || BAB 3

1.5K 106 4
                                    

Ngeliatin komputer berjam-jam bikin mata pegel. Tapi, ngeliatin kamu berjam-jam kok gak pegel, ya?

-Bumi Shafira-
.
.
.

BAB 3. BUMI SHAFIRA.

🌍🌍🌍


Hari sabtu adalah hari yang pas untuk berleha-leha di kasur. Terlebih lagi keadaan rumah sedang sepi. Menambah cita rasa malas menjadi maknyus!

Ya, begini lah kelakuan dari perempuan yang memiliki nama Bumi Shafira. Ketika yang lain sudah bangun di pagi hari. Bumi justru masih bergelut dengan kasurnya.

Tak ayal kelakuannya ini sering kali membuat sang Mama mengelus dada sabar. Sifat yang di miliki Bumi sangat berbeda jauh dengan saudara kembarnya yang bernama Langit.

Langit cenderung pendiam dan dingin. Sedangkan Bumi cenderung cerewet dan hangat. Sangat berbeda, namun saling melengkapi.

“Mbak Bumi! Bangun!” Suara berat milik Jupiter mengusik indra pendengaran Bumi.

Tidurnya menjadi tidak nyaman. Padahal yang Bumi tahu satu penghuni di rumahnya ini sedang sibuk dengan urusannya masing-masing dan meninggalkan Bumi seorang diri di rumah.

“Mbak! Bangun!” teriak Jupiter yang tak lain adalah adik dari Bumi.

Dengan rasa ogah-ogahan Bumi akhirnya beranjak dari singgasananya. Terlihat wajah kesal menyambut Bumi dengan menyebalkan.

“Mbak kebiasaan, deh. Kalau Mama tahu, Mbak pasti kena omel sama Mama karena bangun siang,” kata Jupiter dengan nada kesalnya.

“Kamu ngapain sih ganggu Mbak tidur? Kamu gak tau, kalau hari ini itu waktunya Mbak hibernasi.”

“Mbak temenin aku, yuk, cari suasana. Aku suntuk tau, Mbak.” Jupiter berusaha memasang wajah memelas mungkin agar Kakaknya ini mau menemaninya refresing.

Entah mengapa akhir-akhir ini dirinya sangat sibuk menyiapkan ujian. Ya, maklum saja. Dirinya sudah kelas sembilan. Meskipun, waktu ujian masih terbilang lama.

“Bentar. Mbak mau mandi dulu. Kamu tunggu Mbak di ruang tamu aja, nanti Mbak nyusul kalau udah siap,” ujar Bumi. Sepertinya tidak ada salahnya jika menemani adiknya ini merefresh otak.

🌍🌍🌍

Bumi melongo sesampainya di tempat yang Jupiter maksud.

“Kamu bilang mau cari suasana. Pengen merefresh otak karena pusing menyiapkan ujian sekolah yang masih terbilang lama itu, tapi ini apa? Kamu mau coba ngelawak Jupi?”

Bumi tidak habis pikir dengan adiknya ini. Bagaimana bisa perpustakaan kota ini adalah tempat yang pas untuk merefresh otak karena pusing belajar?

Bukannya otak rileks malah tambah ruwet. Sepertinya ekspetasi Bumi terlalu tinggi. Hingga ia terlalu berharap Jupiter akan membawanya pergi ke Dufan atau paling tidak ke Mall.

Tapi ini apa?!

Wahai pembaca yang budiman. Tolong jelaskan sejelas-jelasnya. Mungkinkah pendengaran Bumi yang salah atau adiknya ini yang terlalu unik sampai-sampai memilih tempat hiburan yang berbeda?

“Emang salah, Mbak?” tanya Jupiter polos.

Ingin rasanya Bumi memaki adiknya ini. Namun, ia juga tidak berani. Mengingat wajah seram sang Mama membuat nyali Bumi menciut. Terlebih lagi sang Papa yang mempunyai sifat sebelas dua belas dengan kulkas yang ada di rumahnya.

Buku : Bumi untuk Kumara (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang