BUKU || BAB 26

789 48 7
                                    

Aku baru sadar ternyata bab 22 gak ada😭

Cuss langsung baca aja💙💙

Jus strawberry beserta nasi uduk Bu Wati kini sudah sedia dengan lengkap di atas meja kantin. Menikmati sensasi rasa nikmat hingga lupa dengan masalah yang baru saja ia hadapi.

Bumi terus menyuapkan nasi uduk ke dalam mulutnya. Tanpa menyadari sedang diperhatikan oleh seseorang dari arah pintu kantin.

Laki-laki yang kini masih mengenakan wearpack, kini berjalan mendekat ke arah Bumi. Memperhatikan perempuan itu dengan seksama  hingga tanpa sadar satu tarikan dibibirnya tercipta. Membentuk garis lengkung, membuat orang yang melihatnya sedikit iri sekaligus terpanah karena kemanisannya.

Bumi yang masih asik dengan dunianya sampai tidak sadar jika tempat duduk disampingnya yang kosong kini sudah terisi.

Satu gerakan yang diluar kendali, membuat keduanya sama-sama mematung. Kumara tanpa sadar mengusap pipi Bumi yang terdapat nasi uduk pun sama dibuat terkejut atas tindakannya.

Satu tarikan cepat, Kumara segera berujar, “Ada nasi di pipi Lo. Sorry.”

Bumi menganggukan kepalanya pelan, lalu mengembalikan atensi ke nasi uduknya yang sempat ia abaikan. Suasana menjadi canggung. Terlebih lagi kini mereka hanya duduk berdua.

Membiarkan kebisingan kantin menjadi pengisi kecanggungan ini. Nasi uduk yang sempat membuat mood Bumi kembali, kini ia hanya memakannya dengan tidak selera.

Kejadian tadi masih melekat dengan jelas di kepala Bumi. Bagaimana Kumara begitu dekat dengan Titin yang notabenenya baru dekat. Entah alasan apa yang membuat mereka dekat.

“Semalam ... are you happy? Sorry gue semalem nggak bisa join karena ... ada hal penting yang harus gue urus.” Kumara memperhatikan raut wajah Bumi dari samping. Terlihat dengan jelas ekspresi yang sangat kentara sekali bahwa Bumi sangat tidak menyukai pembahasan ini.

“Nanti malem gue free, gue belum ke sana. Mau temenin gue ke sana?” tawar Kumara.

Jika saja semalam Bumi tidak melihat Kumara di sana, dengan senang hati ia akan menerima tawaran itu. Namun, kini keadaannya berbeda.

Bumi menjadi ragu menerimanya. “Ada tugas yang harus gue selesaikan. Sorry, gue gak bisa.”

🌏🌏🌏

Setelah sekian lama, surat itu kembali muncul. Menarik fokus Bumi saat melihat loker miliknya.

Satu pucuk surat dengan kertas bewarna merah muda yang entah siapa pengirimnya.

Mengurungkan niatnya untuk mengambil wearpack, Bumi kini lebih tertarik kepada surat merah itu.

Untuk: U

Apa kabar?

Sudah lama ya kita tidak berjumpa. Kalau boleh jujur, aku rindu.

Di sini aku cuman mau bilang, apapun masalahmu, jangan sampai semangat dan senyum indah mu hilang.

Ingat ada aku di sini. Si pengamat mu dari jauh atau mungkin bisa dibilang dari dekat?

Umi, jika suatu saat nanti kamu tahu siapa aku. Aku mohon, jangan menghindar.

Jika suatu saat nanti kamu mengetahui fakta yang sebenarnya. Aku mohon, semua yang aku lakuin itu untuk kebaikan.

Buku : Bumi untuk Kumara (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang