BAB 10. HARI PENUH TUGAS.
🌏🌏🌏
“Ada yang punya pulpen dua, enggak?”
“Alien flashdisk gue kena virus. Tolong bersihin.”
“Ada yang liat sapu kelas, enggak? Kolong meja gue kotor banget, nih.”
“Yuk, dibeli susu kedelainya, Mas, Mbak. Ada banyak varian rasa loh. Ada yang original, strawberry, pandan dan lain-lain. Yuk, dibeli, yuk!”
“Aldi! Siniin gitar gue. Gue mau main.”
“Hai, guys! Kembali lagi sama gue si Cantika yang terkenal cantik di kelas Rusuh ini. Kali ini kelas Rusuh lagi jam kosong. Walaupun begitu, tugas tetep lancar guys. Semulus jalan tol.”
“Pinjem laptop dong. Laptop gue tiba-tiba sekarat, nih. Mana belum selesai lagi tugasnya.”
Sepertinya nama Rusuh memang paling tepat untuk kelas Multimedia satu. Terbukti dengan ramainya keadaan kelas yang sudah sama persis dengan pasar.
Bumi yang sedari tadi menyimak dengan penuh penghayatan pun kini hanya bisa menggeleng pelan dan kembali pada laptop yang ada di depannya.
“Batrainya mau habis,” gumam Bumi saat mendapati batrai laptop milik Shaula sedikit lagi akan habis. Hari ini memang Bumi sengaja tidak membawa laptop. Dengan alasan ribet.
Bumi menoleh ke arah belakang yang di mana terdapat sang sahabat yang terkenal paling irit dan pelit soal uang itu sedang tertidur dengan pulas di atas tikar yang ada di belakang kelas.
Mengetahui sang sahabat sedang tertidur pulas di belakang. Mau tidak mau Bumi harus menghampiri Shaula.
“Pules banget tidurnya. Gue bangunin apa enggak, ya?” monolog Bumi.
“Jangan, deh. Kasian,” lanjut Bumi, lalu ia kembali menuju bangkunya lagi.
Setelah kembali ke bangku. Bumi dengan sopannya membuka tas milik Shaula guna mencari charger laptop.
“Sha, gue izin buka tas lo, ya? Mau cari charger. Kasian laptop lo dikit lagi sakratul maut.”
Hasilnya nihil. Tidak ada barang yang ia cari di dalam tas Shaula. Bumi berdecak pelan.“Shaula kebiasaan banget lupa bawa charger laptop. Nanti laptopnya rusak baru deh nyesel,” gerutu Bumi.
“Sebelum laptopnya koit. Gue harus cepet-cepet nyalin tugas gue sama Shaula ke flashdisk.”
Namun, ketika ia sedang menyalin file tugas miliknya dari laptop ke flashdisk, tiba-tiba saja ada yang menaruh satu bungkus kertas minyak di meja Bumi.
“Di makan. Biar nggak Maag.”
Bumi mendongak dan mendapati sosok laki-laki di depannya. “Buat gue?” tanya Bumi tak yakin. Orang itu mengangguk. “Iya.”
Setelah mengatakan itu. Laki-laki dengan raut wajah datar itu kembali ke bangkunya. Menyisakan Bumi dengan penuh tanda tanya.
“Tumben si Alien baik sama gue. Habis dapet hidayah kali, ya?” Bumi menatap Ali dengan tatapan tidak percaya.
🌏🌏🌏
Berbeda dengan kelas Bumi yang sedang sibuk dengan laptop mereka masing-masing. Kelas Kumara justru sedang disibukkan dengan alat serta kendaraan beroda empat dan dua yang harus mereka perbaiki untuk mendapatkan nilai praktek.
“Ma, lo mau ke kantin, nggak?” Mizar mendekati Kumara yang sedang tiduran di bawah mobil.
“Enggak,” sahut Kumara. “Tapi, gue titip makanan, ya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku : Bumi untuk Kumara (Selesai)
Teen Fiction"Aku akan pergi jika itu yang kamu mau. Namun, maaf. Aku tidak akan kembali meski kamu yang menginginkannya." Perjuangan Bumi untuk mendapatkan hati Kumara selalu saja berakhir gagal total. Selalu ditolak dan berakhir sia-sia tidak juga membuat sema...