Lo itu kek bunglon. Berubah-ubah di tempat dan waktu yang berbeda.
-Bumi Shafira-
.
.
.BAB 16. BERTEMU.
🌏🌏🌏
Semenjak peristiwa waktu itu, di mana Kumara yang hampir saja mencium Bumi, Kumara menjadi menjauhi Bumi beberapa hari ke belakangan ini. Menghindar dan tidak ingin terlalu lama berada didekat Bumi. Entah apa alasannya.
Bumi yang memang orangnya tidak peka menganggap sikap Kumara yang menjauhi dirinya itu hanya hal biasa. Dia mengira jika Kumara hanya sedang sibuk saja dengan tugas sekolahnya. Tanpa memikirkan yang tidak-tidak tentang Kumara.
Menoleh ke samping, menatap Jupiter dengan heran. “Kok, berhenti? Enggak masuk?” Bumi bertanya kepada Jupiter.
Cowok itu menggeleng cepat, tatapannya beralih ke arah sang Kakak. Wajahnya yang terlihat pucat membuat Bumi khawatir seketika.
“Jupi, kamu kenapa? Sakit? Muka kamu pucat gini.” Dengan jelas dari nada dan raut wajahnya terlihat begitu khawatir.
“Kita ke rumah sakit sekarang, ya,” sambungnya.
Jupiter yang melihat sang kakak cemas menjadi merasa bersalah. Ia sudah membuat Kakak perempuannya itu menjadi khawatir seperti ini.
“Piter enggak apa-apa Mbak Bum. Piter cuman gerogi aja.” Penjelasan Jupiter tidak juga mengurangi rasa khawatir Bumi. Namun, ia hanya bisa berharap dan percaya bahwa adiknya ini memang sedang baik-baik saja.
“Ya, udah kita masuk sekarang. Mbak takut temen kamu udah nunggu lama dari tadi,” ajak Bumi untuk segera masuk ke dalam kafe Balikan.
Seperti janjinya waktu itu, Bumi akan menemani Jupiter untuk menemui teman perempuannya di kafe dengan syarat yang sudah dijanjikan oleh Jupiter.
Jupiter mengangguk lesuh. Sebenarnya ia tidak ingin membuang waktunya begitu saja hanya untuk ketemuan unfaedah seperti ini.
Namun, Jupiter ingat pesan sang Mama untuk tidak menyakiti hati perempuan. Dengan ia menolak ajakan perempuan itu, sama saja ia menyakiti hati perempuan yang mengajaknya ke kafe.
“
Mbak duduk di sana aja, ya. Nanti kalau urusan kamu sudah selesai tinggal kabarin Mbak. Oke?” Bumi berujar setelah mereka berdua sudah masuk ke dalam kafe.
“Mbak ikut Piter aja. Aku udah bilang sebelumnya sama orangnya kalau Piter ngajak Mbak Bum ke sini.” Jupiter mencegah Bumi agar tidak meninggalkan dia sendiri dengan teman sekolahnya yang baru saja Jupiter kenal beberapa hari lalu.
Bumi menunjuk dirinya dengan bingung, lalu ia tertawa sumbang. “Mbak? Jupi kamu ngelawak apa gimana? Masa Mbak harus ikut kamu kencan, yang ada Mbak jadi nyamuk!”
“Ini bukan kencan,” ralat Jupiter.
“Bukan kencan, tapi ketemuannya cuman berdua,” sindir Bumi seraya menatap sinis sang adik.
Tidak menanggapi ucapan Bumi, dengan segera Jupiter menarik tangan sang kakak untuk membawanya ke arah meja dengan nomor tiga belas.
Terdapat perempuan cantik dengan rambut hitam sepinggang serta bando bewarna kuning membuat perempuan itu nampak manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku : Bumi untuk Kumara (Selesai)
Teen Fiction"Aku akan pergi jika itu yang kamu mau. Namun, maaf. Aku tidak akan kembali meski kamu yang menginginkannya." Perjuangan Bumi untuk mendapatkan hati Kumara selalu saja berakhir gagal total. Selalu ditolak dan berakhir sia-sia tidak juga membuat sema...