BUKU || BAB 38

766 44 0
                                    

Assalamualaikum teman-teman 💙

Bagaimana kabar kalian hari ini?

Akhirnya gue bisa update 😍
Btw terimakasih buat yang udah baca cerita ini 💙

Jujur Maw kaget banget pas tahu cerita ini sempat masuk peringkat ketiga di cerita pendek.

Sekali lagi terimakasih buat temen-temen yang sudah mau mampir dan meninggalkan jejaknya di lapak ini 💙

HAPPY READING GUYS ❤️


BAB 38. Maaf dan Terimakasih

Beberapa menit yang lalu Aji pamit undur diri. Meninggalkan Bumi yang masih bergeming di dalam kafe, makanan yang dia pesan beberapa jam yang lalu masih sisa setengah.

Segala informasi yang Bumi dapatkan dari Aji membuat kepalanya diserang rasa sakit. Gambaran yang akhir-akhir ini selalu berputar di kepalanya kini semakin jelas.

Empat sosok anak kecil, eskrim, taman bermain dan juga jalan raya. Semuanya tampak begitu nyata.

Bayangan itu hanya semu awalnya, namun lambat laun semakin jelas. Bumi bahkan lupa, kapan potongan ingatan itu muncul pertama kali.

Diputarnya sedotan yang ada di dalam gelas berisi jus strawberry, Bumi terus memandang kosong luar kafe ini yang langsung menampilkan padatnya jalan raya pada malam hari.

“Dia sudah menunggu lo dari lama. Apa lo tega sama orang yang sudah menyelamatkan nyawa Lo? Inget, dia pangeran lo.”

Ucapan Aji beberapa menit lalu masih terngiang-ngiang di kepala Bumi. Membuat perempuan itu reflek menggeleng kepala sembari memukul kepalanya yang bodoh itu.

Berusaha untuk mengenyahkan segala pikiran negatif yang kini mulai menyerang.

Hingga pukulan pada kepalanya seketika terhenti, tangan Bumi digenggam dengan lembut oleh seseorang. Membuat Bumi harus menoleh guna memastikan siapa orang yang sudah menghentikan aksi konyolnya itu.

“Jangan dipukul. Nanti sakit,” ujar seseorang yang masih menggenggam telapak tangan Bumi dengan suara yang terdengar lembut.

“Kak By,” gumam Bumi. Laki-laki itu hanya tersenyum tipis, menatap Bumi lembut.

Kini, pria tersebut sudah duduk tenang di tempat yang sebelumnya di duduki oleh Aji.

“Lo sendiri?” tanya Byan pandangannya tertuju pada makanan dan minuman yang ada di meja.  Sangat kentara sekali kebohongannya jika dia berkata tidak.

Bumi berdehem. “Tadi sama temen. Terus temen gue cabut duluan.”

Melihat respon yang ada di depannya membuat Bumi diam. Keheningan kini mulai menyelimuti mereka berdua. Tatapan Bumi tidak pernah lepas dari wajah Byan yang sedari tadi terus fokus kepada ponsel pria itu.

Kaos bermerk ALU bewarna putih dengan jaket kulit hitam. Terlihat sangat tampan menurut Bumi. Namun, bukan itu yang menjadi fokus utama Bumi sekarang. Melainkan apakah semua yang dikatakan Aji beberapa saat lalu adalah kebenaran?

Itu artinya ... Byan adalah kunci dari segala hal yang sudah terjadi?

“Gue tahu, lo dari tadi lagi nahan diri. Jadi, apa pertanyaan Lo?”

Buku : Bumi untuk Kumara (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang