BUKU || BAB 28

783 48 19
                                    

BAB 28. Rasa nano-nano

“Kak Byan, ini seriusan aku boleh milih apa aja sesuai yang aku suka?” tanya Bumi kepada Byan.

Byan yang mendengar pertanyaan dari Bumi hanya membalas dengan anggukan.

Bumi yang sudah mendapatkan lampu hijau untuk memilih barang sesukanya pun berseru senang.

Perempuan itu dengan lincah berlari ke arah tempat aksesoris. Di sana ternyata terdapat gantungan kunci berbentuk Strawberry dan juga Blueberry. Mengingatkan Bumi kepada Kumara.

Diraihnya gantungan kunci tersebut, lalu ia tunjukkan kepada Byan. “Kak, aku milih ini aja. Soal sepatunya yang tadi, aku gak jadi ya.”

Iren yang sedang menyomot makanan ringan pun lebih dulu menyahut, “Lo bego Shaf, disuruh milih barang apa aja malah milihnya gantungan kunci. Dikasih kesempatan tuh jangan disia-siakan. Tuh, sebelah sana ada banyak jaket, sama baju kece. Gue jamin  lo bakal suka.”

“Ini aja,” balas Bumi lalu menatap Byan dengan tatapan binar. “Terimakasih Kak By!”

Seruan itu membuat bibir Byan tertarik hingga menjadi garis lengkung yang sangat indah.

🌏

Kumara terlihat sangat sibuk dengan segala macam peralatan dapur. Membuat Bundanya dibuat heran.

“Bund, ini nasinya cuman di giniin?” teriak Kumara dari dapur.

Sehabis dari kafe, Kumara langsung bergegas pulang. Berusaha berpikir keras untuk membuat Bumi tidak salah paham lagi.

Alhasil, dia akan membuatkan sesuatu untuk Bumi. Berharap Bumi suka nanti.

Ini kali pertama Kumara membujuk seorang perempuan, sedari dulu dia sama sekali tidak pernah mau pusing ketika ada perempuan yang tiba-tiba marah dengannya karena mengklaim bahwa Kumara sudah memberi harapan palsu.

Kumara bukan laki-laki yang nama dan mukanya terkenal di sekolah. Dia hanya siswa biasa. Hanya beberapa orang yang mengetahui namanya saja. Meski demikian, yang menyukai Kumara bisa dibilang lumayan banyak.

Dia yang friendly, kerap kali disalah artikan oleh kaum hawa. Membuatnya kadang merasa berdosa.

Meski demikian, Kumara selalu mengatakan, “Bukan salah gue kalau dia baper. Namanya perasaan, gak bisa diatur-atur.”

Bumi Shafira. Perempuan itu entah mengapa berbeda dengan perempuan lain. Dia tidak bisa menolak jika perempuan itu memberinya sesuatu. Sangat menggemaskan jika sedang merajuk.


Kumara sadar, dia sudah menaruh hatinya kepada Bumi. Namun, ketakutan menyerang Kumara begitu saja.

Membuat Kumara berpura-pura cuek dan selalu menolak permintaan Bumi yang meminta Kumara untuk menjadi pacarnya.

Mereka selalu mengatakan jika Kumara terlalu gengsi. Mereka mengatakan jika Kumara tidak tahu diri.

Kumara diam. Laki-laki itu hanya diam. Menyimpan segala rasa dan rahasia yang terus menyiksa.

Kumara hanya seorang laki-laki pengecut. Bumi terlalu indah untuknya. Terlalu indah untuk dimiliki.

Satu jam sudah waktu telah berlalu, kini semuanya telah siap. Bibir Kumara tertarik ke atas, memandang hasil karyanya.

Nasi uduk yang ia bentuk love, beserta satu buah jus strawberry yang sudah Kumara bungkuskan dengan rapih ke dalam Tupperware bewarna pink.

“Tumben kamu mau bikin ginian buat Umi?” tanya Bunda penasaran.

Buku : Bumi untuk Kumara (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang