Epilog

1.8K 60 16
                                    

Aku pernah yang namanya menyesal karena lebih memilih ego ketimbang hati. Selalu Denial hanya demi menuruti gengsi. -Author-

Kalau kisah ini dapat di undo, mungkin aku akan lebih berusaha keras lagi untuk menyadarkan kamu. Bahwa sebenarnya kita sama-sama ingin. -Bumi Shafira -

Yang kemarin bukanlah akhir dari sebuah kisah. Buktinya aku bisa bertemu denganmu lagi di buku yang lain dengan kisah kita yang lebih indah tentunya.

“Mari kita bertemu kembali.”

-Kumara Ransi-

🌎🌎🌎

Bumi menutup buku bersampul coklat tersebut. Lalu perempuan itu menyeka air matanya yang sudah jatuh ke pipi miliknya. Memandang judul buku itu dengan tatapan mata yang begitu sendu. Ada secercah rasa rindu yang mampir di dalam hati Bumi.

“Butuh perjuangan banget gue buat dapetin tuh buku,” beritahu Shaula yang kini sedang duduk di depannya. Keadaan restoran yang sedang Bumi dan Shaula kunjungi kini tampak ramai. Mungkin karena mereka datang tepat saat jam makan siang.

“Terimakasih ya, Sha.” Bumi tersenyum saat pandangan matanya kini terarah kearah lembar bagian belakang sebelum biografi penulis.

Sebuah epilog yang di sana terdapat kumpulan kalimat yang bisa membuat hati Bumi sedikit merasa menyesal. Menyesal kenapa dia harus membaca buku ini dan seolah dia adalah tokoh utama di sana. Menyesal dan kesal sekaligus karena mengapa ia bisa merasakan sesak dan ikut hanyut juga dengan perasaan tokoh utama saat membaca buku ini.

Mungkin karena buku bersampul coklat itu benar-benar menguras emosi dalam diri Bumi atau mungkin karena Bumi mengenal penulisnya dan tahu bagaimana kisah asli yang sebenernya?

“Lima belas menit lagi acara bakal dimulai.” Shaula memberi tahu kepada Bumi. Lalu perempuan itu kembali berujar, “Udah siap? Karena beberapa kemungkinan besar lo akan bertemu dia lagi. Oh, bukan mungkin lagi. Karena sudah pasti lo bakal bertemu!”

Bumi sedikit tertegun. Menanyakan beberapa hal kepada dirinya sendiri. Benarkah dia sudah siap? Setelah selama ini dia hidup dalam penuh penyesalan?

“Gue ... siap,” putus Bumi dan lalu mereka beranjak dari sana.

🌎

Bumi kini sudah duduk di bangku yang sudah disediakan oleh panitia acara. Semua orang nampak sedang menunggu acara ini benar-benar di mulai.

“Ternyata yang ikut acara launching buku dia banyak. Rata-rata yang ikut cewek lagi.” Shaula menyapu pandangannya ke penjuru arah. Depan belakang bahkan samping kanannya adalah seorang perempuan yang sedang memegang buku bersampul coklat itu.

Bumi setuju. Dia tidak menyangka jika orang itu benar-benar luar biasa. Kalimat-kalimat yang orang itu susun menjadi paragraf pun mampu membuat siapa saja yang membacanya akan larut ke dalam dunia yang pria itu ciptakan.


Lalu suara berat dari seseorang mampu menarik Bumi ke dalam realita. Kini tatapan Bumi terpaku pada sosok pria yang selama ini Bumi rindukan. Laki-laki itu ada di sana. Di atas panggung. Tampak jauh berbeda dari yang terakhir Bumi lihat beberapa tahun yang lalu. Namun, laki-laki itu tidak pernah berubah. Selalu bisa membuat jantung Bumi berdegup kencang hanya dengan sekali lihat.

Buku : Bumi untuk Kumara (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang