BUKU || BAB 21

831 56 2
                                    

Bumi bersandar pada bahu bangku yang ada di koridor, menghela napas pelan. Hari ini sangat melelahkan.

Memandang ponsel miliknya sejenak lalu kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku seragam.

“Kantin, yuk!” ajak Cantika yang baru saja keluar dari ruang teater, membuat Bumi menoleh.

“Ayo gass! Gue juga laper nih. Seharian belum makan nasi uduk Bu Wati,” balas Bumi seraya beranjak dari bangku koridor.

“Pecinta nasi uduk Bu Wati garis keras.” Bumi terkekeh mendengarnya.

“Eh, Tik. Habis ini ektrakurikuler teater kelar, kan?” Bumi bertanya. Melirik ke arah Cantika yang sedang membenarkan rambutnya melalui kamera ponsel.

“Iya kelar. Udah sore juga masa mau tetep dilanjut,” sahut Cantika.

Bumi mengangguk paham. Mengedarkan seluruh fokusnya ke arah sekitar koridor. Bersenandung lirih mengikuti alunan nada yang tidak sengaja ia dengar ketika melalui ruang musik.

Ruang musik yang berada di lantai dua memang tidak kedap suara. Membuat siapa saja yang berada di sekitar ruang musik akan mendengarnya.

“Shaf, lo udah denger belum soal senior yang tiba-tiba nembak Kak Kuma di kantin bawah.”

Ucapan Cantika tentu saja membuat langkah kaki Bumi reflek terhenti. Dia menatap perempuan itu dengan tatapan bertanya.

“Ngelawak lo? Mana ada yang suka Kuma selain gue?” Bumi berusaha menyangkal. Ia berharap ucapan Cantika adalah sebuah lelucon semata.

Cantika menoyor kepala Bumi ke belakang. Lalu bersedekap dada sembari berdecak. “Lo pikir yang suka Kak Kuma cuman lo doang? Banyak kali. Ya, walaupun Kak Kuma bukan cowok most wanted sih. Tapi, lo yakin yang suka doi cuman lo doang?”

Bumi terdiam. Benar kata Cantika, dengan tampang yang lumayan subanallah seperti Kumara mana mungkin tidak ada yang tertarik dengan laki-laki itu.

Menghela napas pelan. “Lo serius Tik? Gak lagi ngeprank, kan?”

Cantika berdecak. “Kalau gak percaya, lo tanyain aja tuh sama si Titin. Dia kan juaranya ratu gosip.”

🌏🌏🌏

Setelah pulang dari sekolah. Bumi tidak langsung pulang ke rumah, melainkan melipir terlebih dahulu ke kafe AM—Kafe milik Aldi dan Mita yang baru saja dibuka minggu kemarin.

“Mau pesen apa?” tanya Mita yang tiba-tiba saja datang. Menyodorkan buku menu ke arah Bumi.

“Nasi uduk ada?”

Perempuan tomboy itu berdecak. “Di sini kaga ada nasi uduk. Nasi goreng baru ada.”

Bumi menghela napas pelan. “Ah gak asik! Masa nasi uduk gak ada? Tambahin dong ke daftar menu. Entar gue jadi pelanggan lo nomor satu deh,” kata Bumi dengan wajah cemberut.

“Ribet lu. Udah pesen yang ada aja. Gak usah banyak protes.” Mita berseru malas.

“Pelanggan adalah raja. Gak boleh gitu sama pelanggan.” Bumi berkata seraya membaca menu yang ada di sana.

Buku : Bumi untuk Kumara (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang