BUKU||BAB 35

801 37 0
                                    

BAB 35. Suka?

Bumi tidak henti-hentinya tersenyum, masih terbayang-bayang akan kegiatannya seharian ini dengan Kumara, membuat sang adik—Jupiter bergidik takut.

Entah setan apa yang memasuki tubuh kakaknya. Jupiter tidak bisa untuk diam saja saat melihat kakaknya itu semakin parah. Tertawa dengan tiba-tiba lalu detik selanjutnya kembali memasukkan cemilan ke dalam mulutnya sembari tersenyum tipis.

Tatapan Bumi memang mengarah ke televisi, namun percayalah tidak ada hal lucu di sana. Menurut Jupiter, film bergenre horor yang sedang menampilkan sebuah hantu dengan wajah seram sama sekali tidaklah lucu.

Namun, mengapa ... Jupiter segera berlari ke arah kamar Langit. Masnya yang pendiam itu pasti bisa mengusir setan terkutuk dalam diri Bumi.

Berbeda dengan Jupiter, Bumi justru sedang mengulang memori kejadian hari ini dari pagi sampai malam hari.

Sungguh moment yang tidak pernah ia lupakan. Patut dimuseumkan. Hingga kedatangan kedua manusia sukses membuyarkan lamunannya. Kesal, namun rasa itu kini berubah menjadi rasa penasaran.

“Mas, liat deh tatapan Mbak Bum. Kosong. Fiks! Mbak Bum kerasukan gegara liat film Anak Mayat!”

Bumi mengerutkan keningnya, merasa bingung dengan perkataan adiknya. Lalu kebingungannya semakin parah tatkala suara milik Kumara terdengar dari balik ponsel yang sedang di genggam oleh Jupiter. Sedangkan, Langit terlihat malas menanggapi adiknya satu ini.

Mana si Umi! Gue gak liat! Ini kenapa yang lo sorot malah upil Lo!” oceh Kumara membuat Langit bersuara, “Omongan lo!”

Lagian si Jupi bikin panik,” terang Kumara.

“Kalian lagi ngapain sih?” sentak Bumi, membuat Kumara yang mendengarnya dari seberang sana pun menyahut, “Kamu beneran kerasukan?”

Bumi mendekat, membuat Jupiter memasang jarak darinya. Bersembunyi di balik tubuh Langit.

“Kamu kenapa sih, Pi? Kayak lagi lihat hantu aja,” ceplos Bumi membuat Jupiter tanpa sadar menyahuti ucapan Bumi.

“Emang liat setan.” Sangat ngasal, sehingga membuat Bumi sukses memukul lengan adiknya, membuat sang empu meringis.

“Kok setan bisa mukul?” gumam Jupiter.

“Lang, si Yupi kenapa lagi sih?” tanya Bumi kepada Langit kembarannya.

“Dia ngira kamu habis kerasukan,” jawab Langit, berjalan mendekati sebuah sofa dan duduk di sana dengan diikuti oleh Jupiter.

Jupiter yang masih memegang ponsel pun, seketika menatap layar yang sedang menampilkan wajah Kumara.

“Pi, bukain pintu. Mas di depan rumah kamu,” titah Kumara membuat Bumi yang mendengarnya langsung merebut ponsel milik Jupiter.

“Kamu ngapain malam-malam gini ke rumah?”  tanya Bumi terkejut, namun wajahnya yang mulus itu mengisyaratkan bahwa perempuan itu juga bahagia akan kedatangan Kumara.

Bumi sama sekali tidak jago untuk akting. Perempuan itu, sekarang malah tersenyum lebar, membuat Jupiter menjerit. Berlari menuju pintu depan untuk segeralah menemui Kumara. Berharap, Masnya yang satu ini bisa membantu. Tidak seperti Langit yang justru diam saja.

Dalam hati, Bumi bertanya-tanya, ada apa sebenarnya dengan adiknya satu ini. Aneh sekali.

“Kamu apaan sih! Kenapa tiba-tiba megang kepalaku?” dumel Bumi saat tiba-tiba Kumara menyentuh kepalanya sembari mengucapkan ayat Alqur'an.

“Ihhh! Kamu kira aku kesurupan pakai acara dibacain ayat!” sembur Bumi membuat Jupiter yang sedari tadi bersembunyi di balik punggung Langit pun menyahut, “Loh bukan?”

Buku : Bumi untuk Kumara (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang