BUKU||BAB 31

852 41 2
                                    

BAB 31. Sadar posisi

Ketika seseorang yang cintanya terbalas pasti akan merasa bahagia. Merasa lega karena selama ini ternyata cintanya tidak sepihak.

Namun, tidak dengan Kumara. Laki-laki itu justru merasa takut. Berusaha menghindar, meski dia tahu itu hal mustahil.

Menyembunyikan rasa yang ia pendam dibalik kata 'gengsi'. Hingga rasa takut itu seketika hilang dan tergantikan dengan rasa yang lebih menakutkan.

Melihat interaksi Bumi dengan laki-laki lain, membuat hati Kumara sakit.

“Bang, semua beres, Shafira aman.”

Kumara yang sedang merenung seketika menoleh ke arah pintu. Melihat siapa yang sudah datang.

Laki-laki yang dikenal dengan pecinta hotspot itu berjalan ke arah Kumara. Lalu ikut duduk di bangku trimbun yang ada di sebelah Kumara.

Dandi. Laki-laki itu menepuk pelan bahu kanan Kumara sembari memasang wajah cerah.

“Semua aman. Video itu udah hilang. Gue udah hapus video itu dari laptop Shafira.” Dandi berujar di sebelah Kumara.

Menghela napas pelan, Kumara mengangguk. Laki-laki itu tersenyum tipis. “Terimakasih udah mau bantu gue. Terus perhatiin gerak-gerik dia. Gue takut dia bakal ngelakuin hal gila lainnya yang bisa membahayakan Umi.”

Dandi tersenyum. “Itu udah pasti,” jawabnya mantap.

“Bang,” panggil Dandi.

Kumara menoleh, mengangkat satu alisnya ke atas seolah sedang menunggu Dandi melanjutkan ucapannya.

“Kapan nembak Shafira?” goda Dandi sembari Menaik turunkan alisnya.

Sialan! Dandi berhasil membuat Kumara salah tingkah seperti ini.

🌏🌏🌏

“Oke, kali ini tugas kalian adalah membuat desain baju bebas. Terserah kalian mau buat desain baju seperti apa. Setelah selesai mendesain jangan lupa hasil desainnya dijadikan JPG atau PNG untuk hasil laporan. Mengerti?”

Bu Selasa melemparkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas Multimedia 1. Dengan kompak murid Multimedia 1 menjawab, membuat guru berusia 24 tahun itu tersenyum tipis.

“Untuk tugas laporan, kalian kumpulkan di meja ibu dan untuk pengumpulan desain yang berformat cdr, kalian kumpulkan melalui satu flashdisk,” ujar Bu Selasa yang diangguki oleh muridnya.

Seperti biasa kelas Multimedia 1 mendadak riuh ketika Bu Selasa sudah tidak ada lagi di kelas.

Bumi memperhatikan Shaula yang sedang mengeluarkan laptop miliknya dari dalam tas.

Merasa di perhatikan, Shaula pun menoleh. “Kenapa Shaf?”

“Nggak ngerjain tugas?” lanjut Shaula.

“Lo udah sehat?” Tidak menjawab pertanyaan Shaula Bumi justru melayangkan pertanyaan kepada temannya itu.

Shaula tampak tersenyum, mengubah posisi duduknya menjadi miring menghadap ke arah Bumi.

“Gue udah baikan. Tenang aja kali Shaf. Lo khawatir banget, padahal gue cuman datang bulan bukan mengidap penyakit serius.”

Bumi terlihat lega mendengarnya, lalu ia membuka laptop miliknya yang sudah berada di meja.

Berbeda sekali dengan pria yang sekarang duduk di bangku nomor dua dari depan. Tatapan matanya tertuju pada bangku yang ada di pojok belakang.

Buku : Bumi untuk Kumara (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang