26. Ingatan

44 3 0
                                    

Tubuh Celine masih bergetar hebat setelah bangun tidur. Tubuhnya dingin, sedingin es. Selain itu, jantungnya berdegup kencang. Keringat dingin menjalar di dahinya. Kecemasannya kambuh. Dia tidak hanya merasakan kecemasan, tetapi juga mual. Terlebih ketika ingatan itu kembali teringat.

Ingatan saat tangannya dicengkeram kuat. Ingatan saat mata setajam elang itu menatapnya buas. Dan ingatan saat ....

Celine merasakan perutnya mual. Tanpa basa-basi dia segera mengambil kantong kresek yang sudah disiapkan Shani ketika mendengar suara teriakan Celine malam tadi. Teriakan itu, teriakan pertanda mimpi buruknya kembali. Mimpi buruk yang terparah tepatnya. Mimpi buruk yang mengulang keseluruhan hari itu.

Hari di mana pandangan mata orang-orang-bahkan ayahnya-kepadanya berubah. Hari di mana gunjingan demi gunjingan didapatkannya. Dan juga ... hari di mana dia dikeluarkan dari sekolah. Sementara itu, pelaku tak pernah mendapat hukuman setimpal. Hanya dialah yang salah.

Sedangkan orang itu ... orang yang bahkan tak berani ia sebutkan lagi namanya itu hidup dengan bebas. Dia tak mendapat pandangan merendahkan yang sama dengan apa yang didapatkan Celine.

Dia ....

Dia ....

Celine menggertakkan giginya. Genangan air turun dari matanya. Dia marah, tetapi di sisi lain dia juga kecewa. Bukan hanya kepada orang itu, tapi juga kepada dirinya yang tak bisa melawan.

Dia yang lemah. Dia yang payah. Dia yang malah ketakutan hebat pada saat itu.

Memang, kata Ella, psikiaternya, hal itu wajar dialami oleh korban. Namun, tetap saja, dia masih sangat kecewa dan marah kepada dirinya sendiri. Dia masih tak bisa menerimanya. Dia masih tak bisa memakluminya. Bahkan sampai sekarang.

Dia berpikir. Andai saat itu dia melawan, pasti tak akan jadi begini. Andai saat itu dia melawan, pasti teman-temannya akan mempercayainya.

Teman-teman? Bahkan dia tak yakin mereka bisa disebut teman. Lagipula, kalau mereka memang temannya, pasti mereka akan bersikap seperti Melati. Khawatir, bukan malah menggunjingnya.

Celine kembali mengerang. Dia benar-benar tak bisa lagi menahan diri untuk melampiaskan segala emosinya hari ini. Sedih. Marah. Kecewa. Semuanya.

Dia sudah tak bisa lagi mengendalikan diri. Dia kembali liar. Seperti saat pertama mengalami depresi hebat setelah hari itu. Kian hari, kewarasannya kian terkuras. Mendengar gunjingan dari semua orang. Di sekolah, bahkan hingga kembali ke rumah.

Suara-suara yang tak ingin lagi diingatnya. Suara-suara yang membuatnya ingin membunuh dirinya saat itu. Saat-saat yang membuatnya akhirnya bertemu dengan Ella.

Ella ... dia sudah bekerja keras agar Celine bisa kembali hidup normal. Bukan hanya dia, tetapi juga ibunya. Tidak, tapi semua orang. Semua orang bekerja keras agar dia bisa kembali hidup dengan tenang seperti dulu.

Bukankah bodoh jika dia menyia-nyiakan kerja keras mereka?

Celine memandangi obatnya yang berada di atas nakas. Benar ... dia tak boleh menyia-nyiakan kerja keras mereka. Dia harus bertahan, walaupun itu sulit. Sangat sulit.

"Celine?"

Ia langsung menolehkan kepalanya. Melihat raut wajah Shani yang menyendu. Menahan tangis saat melihatnya.

Namun, sebenarnya ada hal yang membuatnya terkejut. Teman-temannya berada di sini. Di belakang Shani. Teman-temannya yang memandang dengan tatapan khawatir bercampur terkejut.

Celine terdiam di atas kasur empuknya. Lelehan air mata yang masih tersisa kembali mengalir.

Dia ... dia tidak ingin mereka melihatnya yang terlihat menyedihkan. Dia ... dia tak ingin mereka tahu deritanya selama ini. Sungguh.

Perlahan, pandangan matanya kabur. Tubuhnya lemas hingga akhirnya terjatuh di atas kasur empuknya.

><

Celine membuka matanya perlahan. Dia masih berada di kamar. Setelah mengerjapkan mata beberapa kali, dia bangkit dari tempat tidurnya. Matanya membulat sempurna ketika melihat teman-temannya tengah berkumpul di karpet.

"Kenapa kalian ada di sini?" tanya Celine yang wajahnya masih memancarkan rasa lelah.

"Kami ke sini buat jenguk lo, Celine," jawab Jinan. "Mana lo izinnya sampe berhari-hari, bikin kami khawatir."

Celine tersenyum simpul. Dia merasa hangat setelah mendengar jawaban Jinan tadi. Namun, entah mengapa tiba-tiba saja kehangatan itu pudar. Terlebih, mereka juga melihat rasa frustasinya yang menjadi tadi.

"Soal tadi, kami nggak masalah kok, Lin," celetuk Jinan membuat Celine tersentak. "Wajar aja kalo frustasi sama penyakit lo, apalagi, kata Meme penyakit lo itu termasuk penyakit berbahaya kan?"

Mendengarnya Celine langsung menatap Melati dengan mata yang membulat sempurna. Sementara itu, Melati hanya menyunggingkan senyuman yang merupakan kode jika dia tak mengatakan yang sebenarnya. Melihatnya, membuat gadis itu langsung mengalihkan perhatiannya.

Setelah itu, obrolan pun diisi dengan basa-basi ala kadarnya. Mulai dari menanyakan keadaan Celine hingga beralih pada topik-topik yang biasa dibicarakan para gadis saat berkumpul bersama. Bermain tebak-tebakan dan permainan ringan lain sambil memakan jamuan dari tuan rumah, bercanda. Semua hal yang membuat beban Celine sedikit terangkat dan membuatnya bersyukur memiliki teman sebaik teman-temannya.

Dan itu, membuatnya berharap pertemanan mereka tak akan putus. Bahkan, jika mereka mengetahui rahasia terbesarnya yang akan diberitahukannya suatu saat nanti. Ya, suatu nanti atau mungkin ... tidak akan pernah.

Karena dia tidak ingin kehangatan ini berakhir hanya karena mereka mengetahui tentang rahasia terbesarnya.

Dia itu kotor, jalang, kata orang-orang.

Dan dia tidak ingin mereka mengetahuinya.

Biarlah itu menjadi rahasia.

Selamanya.

11 Juli 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

11 Juli 2021

Yap, sampai di sini saja A Lovely Princess! Semoga kalian terhibur!!

Oke, bercanda. Lagi pula, konflik tambahan (misteri tentang si Veranda) dan juga konflik utama (Darrendeng) belum selesai, jadi A Lovely Princess nggak bisa tamat dulu.

Oiya, tapi, kalau seandainya kalian ada di posisi Celine, apa yang akan kalian lakukan? Gas kasih tahu atau mungkin akan pendam saja?

A Lovely Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang