[TAMAT]
(16+) Bijaklah mencari bacaan agar terhindar dari hal-hal yang tak diinginkan.
Peringatan: Semua yang tertulis merupakan fiksi belaka.
_________
Hampir tiap malam, mimpi itu selalu menghantui Celine. Bukan sekedar mimpi buruk, tetapi juga me...
"Kamu lagi nungguin Meme, ya?" tanya gadis rambut seleher itu kepada Celine.
Celine mengangguk.
"Tenang aja, dia sebentar lagi keluar kok! Harusnya sih," infonya seraya menolehkan kepala pada pintu kos. "Ngomong-ngomong, mau 'ku temenin?" tawarnya.
Mendengar tawarannya, Celine tersenyum dan tanpa basa-basi menerima. Akhirnya, ia pun menunggu Melati bersama dengan kawan sekelompoknya dulu. Mereka menunggu sembari sedikit berbasa-basi-walau canggung-mulai dari menanyakan kabar hingga cuaca pagi ini sampai Melati yang telah lama dinantikan memunculkan batang hidung.
"Nongol juga lu," ujar gadis rambut pendek itu membuat Celine menoleh, lalu tersenyum melihat kehadiran Melati yang telah lama ditunggu.
"Ya maap, tadi gua nyariin kuas yang keselip, makanya lama," alibi Melati. "Btw, berhubung udah bertiga gini, lo mau berangkat bareng kita nggak, Lis?"
Lisa menanggapi tawaran Melati dengan anggukan. Selepas itu, mereka berjalan menuju kampus, sembari mengobrol sedikit tentang jurusan masing-masing. Celine banyak menyimak ocehan kedua orang yang tampaknya se-frekuensi itu. Sayangnya, obrolan seru Melati dan Lisa harus berakhir ketika telah sampai di kampus, mengingat letak antara gedung seni dan sastra terpisah. Sehingga, kini dia hanya berjalan dengan Celine. Tak ada bahasan apapun yang dapat ia bicarakan, terlebih kini dia juga kehabisan bahan pembicaraan. Walau tak lama, kepalanya mendapat inspirasi untuk topik obrolan.
"Celine, btw, kamu ambil jurusan apa?" tanya Lisa mencoba berbasa-basi.
"Celine ambil sastra Jepang," jawab Celine.
"Kenapa ngambil sastra Jepang?" Lisa penasaran.
"Nggak papa sih, ingin aja."
Mendengar jawaban Celine, membuat Lisa langsung kehilangan topik obrolan. Suasana canggung menghampiri lagi. Membuat Lisa ingin mencairkannya. Namun, di sisi lain dia merasa jika buka suara akan membuat suasana makin canggung. Di sisi lain, Celine pun hanya bisa diam karena terlalu canggung. Terlebih, dia juga tak tahu cara untuk mencairkan suasana. Beruntung, kecanggungan itu akhirnya berakhir ketika seseorang menghampiri mereka. Membuyarkan atmosfer canggung.
"Sorry ganggu waktu kalian. Tapi, apa kalian pernah ngelihat cewek ini?"
Lisa dan Celine memandang gambar yang disodorkan olehnya. Mencoba mengenali sosok yang berada dalam gambar. Lisa yang melihatnya mengerutkan dahi, merasa tak pernah melihat sosok itu. Berbeda dengan Celine yang merasa mengenali sosok gadis tak berwajah yang berada dalam gambar, walaupun gadis itu tak dilukiskan wajahnya. Namun, entah mengapa ia merasa seperti sangat mengenalnya.
"Sorry, Bang Gamal, gue nggak tahu dia siapa," jawab Lisa. "Lagian, orang yang lo gambar nggak lo kasih wajah! Gimana sih?"
Gamaliel mengantongi gambarnya, lalu menghela napas. "Gimana lagi? Gue lupa sama wajahnya."
Lisa mengerutkan dahi kesal, tetapi cepat mereda setelah mengingat bahwa orang menyebalkan yang berdiri di depan adalah seniornya—walau beda jurusan dan gedung. "Tapi, btw, kenapa lo nyariin dia di Gedung Bahasa? Kayak nggak ada gedung lain aja."
"Entahlah, tapi gue ngerasa dia ada di lingkungan sini."
Mendengar jawaban Gamaliel, entah mengapa Lisa langsung merinding hebat. Tak heran, karena ia mengira sosok gadis dalam gambar adalah hantu. Mengingat, sosoknya yang digambarkan begitu suram, seperti hantu yang biasa dia lihat di film-film horor kelas A atau mungkin B. Namun, film horror dari kelas apa pun itu, tetap menyeramkan untuknya.
"Kalo lo, apa lo tahu?" kini Gamaliel bertanya pada Celine.
Celine yang ditanya terdiam sejenak. Menelan ludah.
"Saya tidak tahu, Kak. Tapi ...," Celine menjeda kalimatnya, "entah mengapa saya merasa mengenalnya."
><
Gamaliel masih terlihat kesal karena peristiwa pagi tadi. Tidak, dia bukannya kesal karena sama sekali tak mendapat jawaban, tetapi hanya kesal karena Lisa yang tak memperbolehkannya untuk mewawancari Celine dengan alasan bahwa temannya itu sudah menjawab tidak tahu walau merasa mengenal. Namun, di sisi lain—menurut Gamaliel—hanya temannya itu saja yang dapat menjadi kunci jawaban sosok yang selalu terbayang dalam mimpinya—menurutnya.
Namun, sebenarnya setelah tak diizinkan Lisa, ia mencoba untuk mewawancari Celine sepulang sekolah. Namun, sialnya, kali itu pun ia mendapatkan tolakan berserta tatapan tajam dari sobatnya, Melati. Gadis setinggi 150 cm itu juga semakin menolak setelah melihat gambar yang ditunjukan Gamaliel. Dia masih ingat, raut wajah kaget bercampur gelisah tergambar jelas di wajah gadis itu. Seolah ia mengetahui kalau gadis tak berwajah dalam gambarnya berhubungan dengan Celine, dan ia tak ingin Gamaliel mengetahuinya lebih jauh.
Apa mungkin dia tahu kalau Celine ada hubungannya sama cewek ini? batinnya menatap tajam ilustrasi buatannya yang terpajang dalam buku, di atas meja belajar kamarnya.
Gamaliel memijat keningnya. Dia semakin pening memikirkan masalah yang sebenarnya tidak penting—bagi orang lain—ini. Lagipula, ia juga terlanjur penasaran dengan maksud mimpi yang menampilkan gadis berwajah samar itu. Selain itu, ia juga takut kalau mimpi itu bukan sekadar mimpi. Ia takut terlambat menyadarinya seperti dahulu, ketika sebuah mimpi buruk menghampiri malamnya—tepatnya tiap malamnya. Sialnya, ternyata mimpi itu bukan hanya mimpi, tetapi merupakan suatu pesan.
Gamaliel menepuk dahi, giginya menggertak, tatapan mata dipenuhi murka. Namun, dia mencoba untuk menenangkan diri agar amarah dalam dadanya tak bergejolak. Mencoba menahan diri agar tak mengamuk tiap mengingatnya.
Tarik napas, hembuskan. Ia mengulanginya berkali-kali hingga hatinya tenang. Mengalihkan perhatian agar tak lagi mengingat. Walau dia tahu dia takkan bisa. Terlebih, kejadian hari itu terlalu membekas. Apalagi jika mengingat penyebabnya adalah dia.
Gamaliel menggertakkan gigi. Matanya kembali menajam. Gejolak amarah kembali membara dalam dada.
Brak!
"Cih," ia mencaci, "sialan."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lisa ____________________
28 Februari 2021
Halo, selamat pagi. Tumben saya upload pagi, ya? Biasanya malem atau nggak siang. Maklum sih, soalnya bab ini udah disiapin mentahannya setelah bab 8, tapi rampungnya pas menjelang dl. Maklum saya malas /tolong jangan posthink jika gegara tugas/
Ngomong-ngomong, gimana bab hari ini? Silakan komen ya!