Setelah membaca nama pada kartu, Cantika menunjukkan wujud dari panitia yang menjadi rekan Celine. Dia juga memberitahukan sedikit info tentang panitia ber-name tag Gamaliel yang akan menjadi rekannya. Setelah mendengar sedikit penjelasan Cantika, Celine langsung pergi menghampiri rekannya. Dia berjalan perlahan sambil menunduk dan melirik Melati dengan tatapan minta tolong. Namun, sayangnya Melati hanya bisa menanggapi tatapan Celine dengan senyuman kecut yang menandakan bahwa kali ini ia tidak dapat membantu Celine.
Celine yang melihatnya tersenyum kecut, kemudian dia kembali melanjutkan jalannya, menghampiri si senior. Dia diam cukup lama hingga akhirnya menghela napas dan mencoba menyapa senior yang juga rekannya itu.
"Anu ...," Celine menyapa sembari memegang jemarinya yang dingin.
Gamaliel tidak memedulikan atau tepatnya dia tidak mendengar. Tak heran, mengingat volume suara Celine yang cukup rendah untuk telinganya.
"Anu ... Kak ... halo?" Celine berusaha memanggil Gamaliel dari kefokusannya, tetapi masih tak diindahkan.
Boby yang memperhatikannya memutar bola mata jengkel. Terlebih ketika ia melihat Celine masih berusaha mengalihkan Gamaliel dengan canggung ditambah suara kecilnya yang tentu saja tidak akan berhasil. Akhirnya, karena sudah terlalu gemas, dia memutuskan untuk sedikit membantu Celine.
"Woy, Mal!" panggil Boby menepuk pundak Gamaliel. Sesuai dugaan, Gamaliel berhasil teralihkan. "Lihat ke depan," ujarnya membuat Gamaliel mengerutkan kening. Namun, walau begitu dia tetap melakukannya tanpa banyak bertanya.
Ketika melihat ke depan, dia diam terpaku. Tidak, dia tidak terkesima dengan Celine. Hanya saja, dia merasa familiar. Seolah pernah bertemu dengannya dulu, tetapi kapan? Dia sendiri bahkan tak ingat. Hal serupa juga dirasakan oleh Celine, dia juga merasa pernah bertemu dengan Gamaliel. Namun, dia juga tak ingat kapankah itu.
"Apa kita pernah ketemu?" tanya Gamaliel kepada Celine, sekadar memastikan.
Celine menggelengkan kepala ragu. Walau sebenarnya dia juga merasa pernah bertemu dengan Gamaliel sebelumnya.
Ternyata, cuma perasaan gue, batin Gamaliel seraya mengantongi bukunya, lalu berdiri. "By the way, gue Gamaliel, lo bisa panggil gue Gamal atau Iel. Lo?" Gamaliel mengulurkan tangannya.
"Saya ... Celine ...," tanggap Celine tanpa mengindahkan uluran tangan Gamaliel. Namun, Gamaliel hanya menanggapinya dengan senyum kecut seraya menurunkan tangan.
"Jadi, kenapa lo nyamperin gue?" tanya Gamaliel sambil bersedekap dada.
"Karena Kakak ... rekan Celine."
Gamaliel bergeming. Mencoba mencerna maksud jawaban Celine. Begitu dia telah memahami maksudnya, matanya langsung terbelalak tak percaya.
><
"Jadi, kita pengen perform apa?" tanya Gamaliel yang mencoba untuk memulai diskusi di tempat yang dikhususkan untuk para penghibur.
Celine hanya bergeming sambil menunduk dan memegang erat tangannya. Membuat Gamaliel menghela napas. Kemudian mencoba memikirkan pertunjukan kecil yang mungkin bisa dilakukan bersama rekannya.
"Gimana kalo nyanyi?" tawar Gamaliel. "Mumpung di sini ada gitar juga," tambahnya seraya menunjuk gitar hasil pinjaman dari jurusan musik.
"Tapi, suara Celine tidak merdu," respon Celine ketika Gamaliel mengambil gitar pinjaman itu.
Gamaliel yang mendengarnya tersenyum kecil seraya membawa gitar. "It's okay. Toh kita perform buat seneng-seneng doang," tanggapnya seraya berjalan kembali ke tempat duduknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Lovely Princess
Fanfiction[TAMAT] (16+) Bijaklah mencari bacaan agar terhindar dari hal-hal yang tak diinginkan. Peringatan: Semua yang tertulis merupakan fiksi belaka. _________ Hampir tiap malam, mimpi itu selalu menghantui Celine. Bukan sekedar mimpi buruk, tetapi juga me...