[TAMAT]
(16+) Bijaklah mencari bacaan agar terhindar dari hal-hal yang tak diinginkan.
Peringatan: Semua yang tertulis merupakan fiksi belaka.
_________
Hampir tiap malam, mimpi itu selalu menghantui Celine. Bukan sekedar mimpi buruk, tetapi juga me...
Veranda menghela napas lega ketika tugasnya mendapat nilai B. Sebenarnya cukup membanggakan karena yang memberikan nilai termasuk golongan dosen pelit nilai. Walaupun menurutnya masih belum sebanding dengan banyaknya cat air mahal yang dikorbankannya.
"Hai," sapa suara cowok yang sedikit berat, membuat Veranda menoleh.
Dia melihat cowok pendek berkulit sawo matang dengan rambut pendek berponi warna pirang yang sedikit kecokelatan. Bibirnya tertarik sedikit, membentuk senyuman simpul.
"Eh, hai juga."
Veranda melipat tangannya di atas meja. Mencoba menahan rasa keterkejutannya.
"Kita udah setahun sekelas, tapi gue belum tahu nama lo," kata Gamaliel, memulai obrolan. "So ... what's your name?"
Gamaliel mengulurkan tangannya, membuat Veranda terdiam. Tak lama, dia tersenyum kecil, lalu menjabat tangan Gamaliel.
"Veranda, tapi kamu bisa panggil Ve aja. Kalau kamu?"
"Gamal."
Seulas senyuman kecil tercetak di wajah Gamaliel, membuat wajah Veranda menghangat. Dadanya berdebar lebih cepat. Selain itu, dia merasakan rasa nostalgia. Nostalgia yang aneh.
><
Kinal hanya mengerutkan dahinya ketika Veranda sama sekali tidak cerewet seperti biasanya. Di sisi lain dia merasa lega. Namun, di sisi lainnya, dia merasa aneh. Jarang sekali—tepatnya tidak pernah sama sekali—sahabatnya itu tidak mengeluhkan tentang sikap, perlakuan atau hal-hal menyebalkan tentang Taehyung.
"Mood lo lagi enak apa gimana nih, Ve?" tanya Kinal tersenyum miring seraya meminum teh botolnya.
Veranda yang mendengar pertanyaan Kinal menolehkan kepala dengan senyum yang berseri. Setelah itu, ia mengangguk, membuat Kinal tersenyum kecil.
"Ceritanya lo udah damai sama V nih?"
Mendengar nama panggilan Taehyung disebutkan membuat senyuman Veranda pudar. Mulutnya memanyunkan bibirnya. Kinal hanya tertawa menanggapinya. Melihat tanggapan Kinal membuat Veranda makin memanyunkan bibir.
"Nggak gitu, Naall ...."
"Terus?"
Veranda memakan empek-empeknya, lalu meminum teh botol sebelum melanjutkan kata-katanya.
"Aku habis ngobrol sama Gamal."
Mendengarnya Kinal langsung terbatuk-batuk, membuat Veranda panik. Namun, tak berapa lama kemudian kondisinya kembali normal dan tanpa basa-basi, dia menatap Veranda dengan mata terbelalak.
"Hah?"
Kinal langsung menutup mulutnya. Dia masih tak bisa percaya jika suasana hati Veranda bisa membaik seperti ini hanya karena mengobrol dengan orang yang bahkan tidak dekat dengannya—atau mungkin baru dikenalnya jika mengingat sifat Veranda yang sedikit asosial.
"Kok bisa?" tanya Kinal setengah tidak percaya.
"Nggak tahu sih, but I feel good after talk to him."
Pelet nih. Pasti pelet. Jelas pelet.
Kinal menduga hal itu karena dia sangat mengenal Veranda. Sosok pribadi yang sedikit asosial dan juga menghindari berbicara akrab dengan orang asing karena menurutnya itu sangat tidak nyaman. Bahkan, ketika dia awal mengenal Veranda, untuk berbicara leluasa dengannya pun sangat sulit. Jadi, tak heran kalau ia curiga jika Gamaliel menggunakan sihir untuk membuat Veranda langsung terpikat dan merasa nyaman dengannya.
Kinal langsung memakan empek-empek yang belum disentuhnya sama sekali. Sembari terus memikirkan, kira-kira sekuat apa sihir yang dipakai Gamaliel hingga bisa menarik perhatian Veranda yang sepertinya mustahil terkena sihir. Menurut pendapat pribadinya. Setelah memantapkan hati, Kinal langsung mengambil ponsel pintar yang berada di dekat teh botolnya, lalu segera mencari tanda-tanda orang terkena pelet.
"Ve, pas lo ngobrol sama Gamal kayak ngerasain perasaan aneh gimana gitu nggak?"
"Hm ... ada sih."
Mata Kinal membulat.
Sesuai dugaan!
"Apa yang lo rasain?"
"Aku ngerasa ...." Veranda menggigit bibir bawahnya. "Aku ngerasa ... nostalgia. Entahlah, tapi aku ngerasa kayak ngobrol sama orang yang udah lama pengen banget aku temuin lagi."
"Eh?"
Kinal melihat ponselnya. Merasa nostalgia tidak ada dalam daftar. Jadi, kemungkinan Gamaliel tidak memberikan sihir cinta pada Veranda. Lalu apa? Mana mungkin Veranda jatuh cinta pada pandangan pertama kan?
"Ve!" seru Kinal membuat Veranda tersentak. "Jangan bilang ... lo suka sama dia pas pertama kali ketemu?"
"E ... hah? Mana mungkin!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
23 Mei 2021
Btw, saya tahu, mungkin ada beberapa yang bingung dalam menyebut Ve dan V.
Jadi gini Ve dibaca ve (tetep). Sementara itu, V dibaca vi (pelafalan V dalam bahasa Inggris).