40. Roti, Choukai, dan Rantai

27 7 0
                                    

Celine mendongakkan kepala, memandang langit yang sama seperti kemarin malam. Rerumputan yang sama, serta aroma yang sama. Membuatnya tanpa basa-basi segera bangkit dari rerumputan nyaman itu, melangkah ke tempat yang ditujunya. Pohon itu. Dia tak tahu namanya, tetapi yang diketahuinya adalah bahwa pohon berbunga ungu itulah yang menjadi tempat pertemuan kemarin. Mungkin saja.

Sesampainya di sana, dia hanya disambut oleh angin yang bertiup kencang dan bunga yang turun deras bagai hujan. Sedangkan, gadis yang diharapkannya sama sekali tak memunculkan diri. Apakah dia harus menunggu?

Embusan angin semakin kencang, menerbangkan rambutnya hingga mengenai wajah. Beruntung, tak sampai menusuk mata. Walaupun embusan itu tetap membuatnya menutup mata sebab terlalu kencang. Bahkan dia juga mencoba menghindari serangan sang angin dengan bantuan tangan dan lengannya yang menutup wajah.

Ketika angin masih berembus kencang, dia mencoba sedikit membuka mata. Bola matanya mengecil ketika melihat sosok gadis berponi samping itu berada di depannya. Gadis yang sama dengan kemarin. Juga gadis yang mirip dengan sosok berkacamata yang dilihatnya di mimpinya yang dulu menghampiri. Namun, sejak awal melihat, dia tahu bahwa mereka berbeda.

"Sebenarnya ... apa yang ingin kamu sampaikan? Lalu, apakah Kak Gamaliel ada hubungannya dengan semua ini?" tanyanya dengan suara yang ditinggikan, berharap terdengar sebab angin yang berembus sangatlah kencang.

Gadis itu menaikkan alisnya. Namun, tak lama tersenyum hingga matanya sedikit menyipit. "Semua pertanyaan yang kamu sampaikan akan kamu ketahui jawabannya suatu saat nanti." Jawabannya memicu pergerakan angin menjadi lebih tenang, sehingga Celine tak perlu menutup wajahnya lagi. Kini dia hanya memandang heran terhadap gadis itu.

"Apa maksudmu?" tanyanya setelah terdiam beberapa saat, mencerna maksud ucapan si gadis.

Tanggapannya membuat gadis itu kembali tersenyum kecil. Kemudian, menghilang bagai tersapu angin. Kehilangannya membuat Celine tak bisa berbuat apapun. Hanya memandang dengan beragam kecamuk dalam pikirannya.

><

Celine memakan roti panggang yang baru saja dibuat Shani untuk camilan nonton televisi. Sambil mengunyah, dia masih kepikiran dengan perkataan gadis dalam mimpinya.

Semua pertanyaan yang kamu sampaikan akan kamu ketahui jawabannya suatu saat nanti.

Dia mengerti maksud langsung dari perkataan itu. Hanya saja, kapankah suatu saat itu? Dan sebenarnya mengapa dia tak menjawab pertanyaannya dengan jawaban pasti?

Apa mungkin Celine harus bertanya pada Kak Gamaliel? Dia kembali mengunyah roti berisi cokelat itu.

"Gimana rasanya?" tanya Shani yang nyaris membuat Celine melompat dari sofa.

Gadis itu mengerjapkan mata beberapa kali sebelum akhirnya menjawab, "Enak."

Wanita itu menghela napas lega. "Syukurlah percobaan kelima berhasil." Dia mengusap peluh di dahinya. "Ngomong-ngomong, tadi Celine kelihatannya ngelamun. Apa ada masalah?"

Celine menggeleng. "Hanya memikirkan pembunuh si presiden." Dia menatap layar yang menampilkan adegan perdebatan antara seorang tersangka dan polisi. Tersangka terlihat sangat kesal atas tuduhan polisi yang salah, membuat suasana semakin seru sekaligus menegangkan. Hingga tanpa sadar, gadis itu pun tenggelam dalam acara televisi yang ditontonnya, melupakan perkataan gadis dalam mimpi yang terngiang sejak terbangun.

Sayangnya, seusai menonton animasi detektif itu, perkataan gadis itu kembali terngiang. Bahkan saat tengah menyimak lagu 365 Nichi no Kamihikouki—guna kelancaran choukai—dia masih tak dapat menghilangkan perkataan gadis itu, seolah perkataannya menggema tak henti dalam kepala. Akhirnya, dia menghentikan kegiatan menyimak lagu dan beralih pada suara wanita yang menjadi pemandu choukai selain lagu legendaris tiap matkul choukai angkatan sastra Jepang kampusnya—katanya. Sayang sekali, keputusannya untuk beralih pada suara wanita itu juga tak dapat menghilangkan suara yang terngiang dalam kepala.

Akhirnya, gadis itu menghentikan suara wanita choukai, kemudian menempelkan dahinya di atas meja. Memandang ke bawah, memikirkan perkataan gadis dalam mimpi.

Apakah itu berarti Celine harus menghubungi Kak Gamaliel? Celine menggeleng. Mungkin saja Kak Gamaliel tidak ada hubungannya dan semua rasa terhubung itu hanyalah ilusi semata. Terlebih, Celine dan dia tidak dekat, pasti malah dikira aneh ....

Ketika memikirkan kemungkinan dinilai sebagai gadis aneh oleh kakak tingkatnya, tiba-tiba saja dia teringat satu hal penting yang mungkin bisa menjadi benang penyambung kejelasannya dengan Gamaliel. Sketsa gadis berantai pada waktu itu. Dia ingat bahwa kakak tingkatnya itu pernah menanyakan keberadaan si gadis yang berdasarkan perkiraannya adalah dirinya sendiri. Namun, jika dia mengaku, bisa saja cowok itu akan mengungkapkan identitasnya karena dia tahu bahwa gadis berantai itu adalah perwujudan sosok pelacur.

Celine menaruh kedua tangannya di mulut. Perutnya kembali mual. Mengingat salah satu julukan mengerikan itu saja membuatnya nyaris muntah, terlebih jika kembali mendengar. Mungkin memang sebaiknya dia tak perlu melakukan perbuatan merugikan itu. Walaupun dia tahu, bahwa mungkin cowok itu juga ada hubungannya dengan kehadiran mimpi-mimpi aneh yang menghantui semenjak sebelum menginjakkan kaki di kampus.

Mimpi aneh sebelum menginjakkan kaki di kampus.

Gadis itu mengangkat kepalanya. Dia ingat jika dia pernah memimpikan sesosok cowok berperawakan mirip Gamaliel yang menyelamatkannya. Apakah itu berarti maksud dari gadis berantai itu adalah gadis yang terkurung oleh masa lampaunya dan pula apakah itu merupakan pertanda bahwa cowok itu akan membuka rantai yang mengikatnya sejak lama?

Dia masih tidak yakin. Namun, mungkin tidak ada salahnya untuk menceritakannya kepada Melati. Menceritakan mengenai segala mimpi aneh yang telah didapatkannya ... serta keinginannya untuk membuka luka lama kepada sosok asing yang mungkin akan menjadi pembebasnya.

Pembebas dari ketakutan dikucilkan oleh masyarakat umum.

Pembebas dari ketakutan dikucilkan oleh masyarakat umum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jumkat: 823 kata
Published: 17 Desember 2021

Catatan Penulis

Aku tahu, judulnya aneh, tapi begitulah.

A Lovely Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang