41. Berjalan Bersama

30 5 0
                                    

"Apa?!"

Seruan Melati membuat Celine langsung menundukkan kepala. Sebenarnya dia sudah menduga reaksinya, tetapi tak disangka jika akan separah itu.

"Nggak, nggak. Nggak boleh. Nggak boleh ada yang tahu, apalagi cowok asing kayak dia!" Ketika Melati mengatakan cowok asing, Celine ingin angkat bicara, tetapi tiba-tiba, dia berkata lagi. "Oke, oke, aku agak akrab karena dia kating jurusan. Tapi, tetap nggak boleh! Karena Kak Gamaliel itu ... entahlah, dia emang ramah, tapi ada yang aneh sama kepribadiannya. Intinya aku takut kalau sebenarnya dia udah tahu mengenai kamu dari orang lain dan sengaja bikin gambar itu buat jebak kamu untuk mengakuinya. Paham maksudku kan?"

Gadis yang tengah menundukkan kepala itu terdiam, kemudian mengangguk pelan. Melihat reaksi itu, membuat gadis yang rambutnya sangat pendek untuk ukuran gadis itu menghela napas. Sepertinya dia agak keterlaluan ketika membentak, tetapi itu pun dilakukan demi keamanan dan kenyamanan Celine hidup. Mau tak mau, bahkan walau harus melawan keinginan gadis oriental itu.

"Ngomong-ngomong, Minggu ini aku udah nyelesain tugasku." Melati mengeluarkan ponsel pintar yang tersembunyi di saku celana. Membuka grup LINE perkumpulan anak-anak kelompok empat. "Dan kebetulan anak-anak ngajakin jalan besok. Kamu mau? Jarang-jarang lho. Itung-itung sekalian pendinginan otak sebelum UTS."

Celine tak menjawab tawarannya. Walau begitu, dia tak menolak, hanya tengah mempertimbangkannya terlebih dahulu. Sebentar lagi UTS akan dimulai dan beberapa matkul masih belum dikuasai. Namun, di sisi lain, dia ingin bersenang-senang dengan teman-teman barunya. Apalagi, akhir-akhir ini mereka memang jarang sekali berkumpul karena kesibukan masing-masing.

"Celine akan ikut." Akhirnya gadis itu memilih untuk jalan-jalan bersama teman-teman. Lagi pula, benar kata Melati, anggap saja pendinginan sebelum UTS. Terlebih mereka memang jarang sekali berkumpul, ditambah dia sendiri juga jarang sekali bisa keluar rumah semenjak kedatangan Darren.

Gadis itu meneguk ludahnya. Mengingat bentuk wajah serta perlakuan yang diberikan cowok itu membuat perutnya kembali mual. Bahkan badannya pun turut bergetar hebat ketika mengingat. Mulai dari ketertarikan berujung sifat obsesifnya serta penolakan yang dilakukan padanya. Penolakan yang membuat hidup yang awalnya setenang laut menjadi bergejolak hebat. Masa itu, masa tergelap dalam hidup yang tak ingin diingatnya.

"Celine?" Suara Melati memecah segala kenangan buruk yang tiba-tiba terputar dalam kepala. "Besok kita kumpul di rumah kamu, ngomong-ngomong. Terus untuk lokasinya, deket sini sih, untungnya."

Mendengarnya membuat Celine ikut menghela napas lega. Setidaknya dengan jarak yang tak terlalu jauh dari rumah, membuatnya jadi tak terlalu takut.

"Oh iya, Me, kita berangkat jam berapa besok?"

><

Gadis berwajah oriental itu memutuskan untuk mengenakan baju hitam tanpa lengan dan celana panjang sedikit longgar berwarna cokelat. Setelah mengenakan setelan yang lama tak pernah dipakainya, dia jadi sedikit gugup. Daripada tanggapan teman-temannya, sebenarnya dia lebih gugup karena ini pertama kalinya dia kembali pada dirinya yang dulu.

Suara panggilan Shani yang memberitahukan bahwa teman-temannya sudah datang membuatnya langsung tersadar dari lamunan. Kemudian segera keluar kamar sembari mencangklong tas hitam kecil berisi uang dan telepon pintar. Tak berbasa-basi, dia langsung pamit pada sang ibu dan keluar menyapa teman-temannya yang sudah menunggu. Melihat anaknya yang terlihat terburu-buru membuat wanita paruh baya itu tersenyum kecil.

Ketika sampai di luar, teman-temannya tak repot-repot menyembunyikan keterkejutan mereka. Penampilan Celine terlihat sangat berbeda dibandingkan biasanya.

A Lovely Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang