36. Apa Kabar?

23 3 0
                                    

Gamaliel memilih pakaian yang paling rapi untuk digunakannya pada hari ini. Dia memilih memakai kaos hitam bergambar kucing anggora yang dulu pernah diberikan oleh Veera. Saat hendak memakainya, dia tersenyum kecil. Mengingat saat gadis itu memaksanya untuk menerima kaos hitam itu. Dan dalam hati, dia berharap semoga dengan memakainya akan membuat Veranda mengingat sesuatu saat dia dulunya adalah Veera. Dia tahu, itu harapan yang bodoh, tetapi entah mengapa dia mempercayainya.

Suara notifikasi dari ponsel membuatnya langsung mengalihkan perhatian. Mengambil ponselnya.

Veera
Mal, aku lagi ada di warung empek-empek. Kalau kamu mau jemput, ke sini, ya

Gamaliel
Oke, 'bentar lagi gue otw

Gamaliel mengantongi ponselnya. Segera beranjak karena tak mau membuat gadis itu lama menunggu. Namun, sebelum itu, dia tak lupa kembali merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Mal, mau ke mana?" tanya Audrey yang terlihat baru bangun tidur.

"Ada janjian sama temen!" seru cowok itu seraya berlari keluar.

"Ha? Jam segi—"

Belum sempat menyelesaikan pertanyaannya, Gamaliel sudah pergi duluan. Mungkin hal itu bisa membuat Audrey kesal, tetapi cowok itu tak peduli. Karena waktunya bersama Veranda jauh ke lebih berharga.

><

Veranda mengunyah empek-empek yang baru dipesannya dengan pelan. Sesekali dia menatap ke depan—memastikan Gamaliel. Sayangnya, dia tak melihat cowok itu, melainkan cewek bertopi pastel bersama dengan dua temannya, seorang cewek berambut pendek yang awalanya dia kira laki-laki, dan cewek pendek berambut panjang. Dia merasa pernah melihat mereka, tetapi langsung menghalau rasa itu. Mungkin hanya perasaannya.

"Ve!"

Panggilan dari suara sedikit berat khas, membuat Veranda menoleh. Sesuai dugaannya, itu adalah Gamaliel. Dia sedikit terkejut. Tak menyangka cowok itu datang lebih awal dibanding yang dikiranya. Apakah mungkin juga karena yang memanggilnya dia?

Jelas banget sih, batin Veranda membenarkan pernyataannya sendiri.

Setelah itu, dia kembali mengunyah empek-empeknya. Sesekali meminum es teh yang dipesannya.

"Nggak makan?" tanyanya.

Gamaliel tertawa kecil. "Lihat lo makan aja gue udah kenyang."

Veranda tersenyum kecil. "Bisa aja."

"Tapi, kenapa lo pengen ke rumahnya Veera?"

"Nanti kamu tahu sendiri."

Veranda kembali mengunyah empek-empeknya. Sedangkan Gamaliel hanya bisa memendam rasa penasarannya. Apalagi, sebenarnya dia mengharapkan gadis itu berkata bahwa karena dia adalah Veera.

"Ngomong-ngomong, kausmu bagus."

Pujian yang tiba-tiba diberikan Veranda membuatnya sedikit terkejut. Seolah menghangatkan dirinya. Namun, mengapa sisi lain hatinya masih terasa dingin?

Dia sama sekali tak mengerti dengan dirinya sendiri.

><

Gamaliel mencengkeram erat kemudi sepeda motornya. Menahan getaran tangan yang dapat dikendalikan. Entah mengapa rasanya dingin. Seolah akan terjadi hal yang tak diharapkan. Firasatnya pun tak enak.

"Mal, kenapa?" Veranda menengok wajah Gamaliel yang terlihat tegang.

Gamaliel hanya menggeleng. "Gue agak lupa jalan ke rumahnya."

A Lovely Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang